Rabu, 10 Oktober 2012

Buku Belajar Goblok oleh Bob Sadino




Siapa yang tak kenal Bob Sadino? Ia enterpreneur sejati. Gayanya
nyentrik, pola pikirnya unik dan cenderung terbalik. Keluar dari pakem teori
dan buku teks ekonomi. Tapi, bisnisnya sukses. Pengusaha kawakan dengan ciri
khasnya celana pendek dan kemeja itu, datang ke Batam berbagi pengalaman dan
belajar goblok dengan pengusaha muda Batam. Apa maksudnya?
PEBISNIS yang biasa baca buku marketing, manajemen, dan makan sekolahan,
dibikin bingung Bob Sadino, pengusaha yang terkenal dengan Kem Chicks-nya ini.
’’Hidup saya tanpa rencana dan tanpa target. Buku-buku di sekolah sudah
meracuni pikiran Anda. Padahal, informasi itu sudah basi dan jadi sampah.
Sekolah menghasilkan orang untuk bekerja, tapi bukan memberi peluang
kerja bagi
orang lain,” katanya. Nah, bingung kan?

Lelaki yang sudah berbisnis selama 36 tahun dan biasa disapa Om Bob ini
bercerita, ia berani keluar dari kemapanan bekerja di Jakarta Lyod, jadi
pengangguran, jadi kuli bangunan dan supir taksi. Ia lalu berkirim surat ke
teman-temannya di Belanda, agar dikirimi ayam petelur. Saat itu, orang tidak
biasa mengkonsumsi telur. Jadilah ia peternak ayam broiler dan menjual telur
ayam. ’’Sayalah orang pertama yang mengenalkan telur kepada bangsa ini,”
katanya.

Namun, jalan hidup Bob tidak semudah membalik telapak tangan. Ia menjual telur
ke tetangga. Telurnya tidak laku karena warga Kemang tak biasa makan
telur yang
besar-besar itu, tapi telur ayam kampung. Beruntung, beberapa bule
menyukainya.
Permintaan pun bertambah. Tidak hanya telur, merica, garam dan belakangan
berkembang ke bisnis daging olahan seperti sosis.

Bob Sadino yang pertama kali mengenalkan menanam sayuran tanpa tanah alias
hidroponik. Padahal, saat itu tidak pasarnya. Tapi, kegigihan seorang Bob
Sadino, ia menciptakan pasarnya. Beberapa tahun kemudian, ia malah mengekspor
terung ke Jepang. Bob mengaku, ia tidak pernah berencana mau jadi apa.
’’Rencananya hanya buat orang pinter, saya bersyukur saya goblok. Kalau saya
pintar, saya akan seperti Anda,” katanya, disambut tawa peserta seminar di
Hotel Godway, Rabu (16/5) malam.

Kalau pengusaha atau orang dagang cari untung, Bob Sadino mengaku
mencari rugi.
Lantaran goblok, ia tidak tidak hitung-hitungan dan membebani dirinya
macam-macam. ’’Biasanya orang dagang cari untung dan rugi peluangnya
sama saja.
Jadi, kalau cari rugi, terus kalau untung waduh, bahagia banget,” ujarnya.

’’Silakan cari kegagalan, cari kendala Anda. Saya mengalami segunung
kegagalan,
kendala dan keringat dingin dan air mata darah. Tapi, saya belajar dari
kegagalan dan mencari jalan keluarnya. Kegagalan adalah anugrah. Lalu, apa di
balik kegagalan. Sukses adalah titik kecil di atas segunung kegagalan,” papar
Bob yang membuat peserta seminar terpana.

Bob Sadino bahagia dengan apa yang dilakukannya. Ia berani mengambil
risiko dan
menciptakan pasar. ’’Saya mengambil risiko sebesar-besarnya, sebab orang yang
mengambil risiko kecil, hasilnya juga kecil. Kalau orang memperkecil
risiko, ia
jadi bebas dong. Risiko bisa jadi apa saja. Kewajiban saya mengubah
risiko jadi
duit,” ujar Bob Sadino, dengan santainya.

Meski awalnya sulit dipahami, peserta seminar yang bingung dan tidak terima
dikatai goblok, lama-lama bisa mencerna jalan pikiran nyeleneh Bob Sadino.
Sebagai pengusaha sukses, ia sudah sampai pada tahap financial independent,
sehingga ia bebas mau beli apa saja dan mau pergi ke mana saja. ’’Duitnya sih,
pas-pasan. Kalau mau beli Jaguar, pas duitnya ada,” katanya, terkekeh.

Karena merasa dirinya goblok, Bob tidak berpikir secara runtun, tapi mengalir
begitu saja. Orang goblok juga akan lebih percaya pada orang lain yang lebih
pintar dari dirinya. Kalau gagal, orang goblok tidak merasa gagal, tapi sedang
belajar jadi lebih pintar. Akhirnya, orang goblok bisa jadi bosnya orang
pintar-pintar. Kini, Bob memiliki 1.600 karyawan yang dia sebut anak-anaknya.

Sementara, orang pintar menghitung sesuatu nyelimet dan usahanya nggak
jalan-jalan, karena dibebani rencana yang belum tentu berhasil. Orang pintar
juga tidak percaya orang lain sehingga semua dikerjakannya sendiri. Ia
mencontohkan ketika salah seorang karyawannya menurunkan harga kangkung di
supermarketnya dari semula harganya Rp6.000 menjadi Rp400 saja. Eh, ternyata
malah tidak laku.

Selidik punya selidik, ternyata langganannya protes, kok harga kangkungnya
murah, padahal biasanya mahal. ’’Akhirnya, harga kangkung itu saya naikkan
lagi. Pelanggan saya bilang, kangkung yang saya jual rasanya lain. Mungkin
karena mahal, sehingga setiap sendok kangkung yang masuk ke mulutnya diam-diam
dihitungnya, Rp6.000, jadi dia nikmati. Lha, kalau begini, siapa sebenarnya
yang goblok?” papar Bob terbahak-bahak.

Namun, bagi pembeli ada nilai psikologis yang membuat pembeli merasa berbeda
jika mengkonsumsi kangkung mahal daripada kangkung murah. Ini bagian dari trik
marketing. Ia pun berbagi tips, bahwa untuk menjadi seorang marketing yang
baik, maka seseorang harus menjual dirinya sendiri (sale for your self),
sebelum menjual produknya. Sebuah filosofi, bahwa bagaimana seseorang menjadi
marketing yang baik, kalau ia sendiri tidak dikenal orang.

Di balik kekonyolannya, Bob Sadino memberikan beberapa resep menjadi
pengusaha.
Antara lain, berpikir bebas dan tanpa beban. Memiliki tekad dan keinginan yang
kuat menjadi pengusaha, sebab kemauan adalah ibarat bensin dan motor,
keberanian mengambil peluang, tahan banting dan bersyukur bisa berbuat untuk
orang lain.

Bagi pengusaha Batam, Bob Sadino berpesan, jangan takut dan jangan terlalu
berharap. Sebab, makin tinggi harapan, makin tinggi tingkat kekecewaan.
’’Lepaskan belenggu dalam pikiran Anda sendiri. Ada berjuta peluang di
sekeliling Anda,” katanya.

Dalam berbisnis, juga jangan terlalu memikirkan sukses. Kalau terlalu banyak
memikirkan sukses, kata Om Bob, bekerja pasti dalam tekanan, tidak rileks
sehingga hasil kerja tidak akan bagus. ’’Santai saja, hilangkan semua beban,
ingat sandaran itu tadi, kemauan, komitmen, keberanian mengambil peluang,
pantang menyerah dan selalu belajar pada yang lebih pintar serta selalu
bersyukur,” ujar Om Bob, mengingatkan.

Satu hal yang menarik, orang-orang yang ia gunakan dalam membantu usahanya,
bukanlah mereka yang berasal dari kalangan berpendidikan tinggi,
melainkan dari
anak jalanan. Berawal dari satu anak jalanan, bertambah dua, tiga hingga saat
ini mencapai 1.500 orang anak. Bob juga mengaku bukan orang yang berpendidikan
tinggi. Ia hanya tamatan SMA. Ia tak pernah sekolah tinggi. Baginya,
di sekolah
orang membaca buku, buku sifatnya informasi yang telah terjadi yang
tak ubahnya
roti busuk alias sampah. Jadi, orang yang sekolah tinggi-tinggi, isinya hanya
sampah. Terkecuali sampah itu diolah menjadi pupuk yang subur.

Bob Sadino juga tidak setuju dengan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang
digembar-gemborkan pemerintah. Apa pasal? ’’Mestinya bukan UKM, tapi UBB atau
Usaha Bakal Besar sehingga kita tetap optimis dan berusaha membesarkan bisnis
kita,” katanya.

Tak terasa, dua jam berlalu bersama Bob Sadino. Namun, pertanyaan menggelitik
soal penampilannya yang senang bercelana pendek, terlontar juga dari peserta
seminar. Apa jawaban Bob? ’’Tidak penting celana pendeknya, yang penting, apa
di balik celana pendek itu,” ujar Om Bob yang disambut gelak tawa.

Di balik sikap nyentrik dan nyeleneh Bob Sadino, ia berhasil membangun
bisnisnya selama puluhan tahun. Dan, ia bisa duduk santai dengan beberapa
presiden sambil ngobrol ngalor ngidul. Yang jelas, peserta seminar
yang umumnya
pelaku bisnis merasa mendapat pengalaman dan pencerahan yang luar biasa.

Sayangnya, nyaris tidak ada pengusaha kelas kakap yang tertarik bincang bisnis
Bob Sadino yang disponsori Telkomsel itu. Mungkin khawatir dicap goblok. Jadi,
mau pintar atau goblok ala Bob Sadino? Terserah Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini