Candi Borobudur yang terletak
di Kabupaten Magelang Jawa Tengah ini merupakan salah satu bangunan bersejarah
di Indonesia dan termasuk dalam salah satu 7 keajaiban dunia beberapa waktu
yang lalu. Termasuk dalam peninggalan terbesar candi yang dibangun sekitar abad
ke-9. Sebagaimana umumnya peninggalan manusia jaman dahulu yang belum ada teknologi
pencatatan yang terperinci, Candi Borobudur juga memiliki misterinya sendiri
yang sejauh ini masih banyak dilakukan penelitian mengenai asal muasal
dibangunnya candi ini serta bagaimana cara mereka dapat menyusun bebatuan yang
begitu besar hingga tercipta sebuah candi yang menakjubkan.
Desain Candi
Berdasarkan penilitian, Candi
Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak dengan 6 pelataran berbentuk
bujur sangkar, 3 pelataran berbentuk bundar serta sebuah stupa utama yang
terdapadat pada puncaknya.
Candi Borobudur didirikan di
atas sebuah bukit atau deretan bukit-bukit kecil yang memanjang dengan arah
Barat-Barat Daya dan Timur-Tenggara dengan ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123
m dan tinggi ± 34.5 m diukur dari permukaan tanah datar di sekitarnya dengan
puncak bukit yang rata.Candi
Borobudur juga terlihat cukup kompleks dilihat dari bagian-bagian yang
dibangun. Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi
dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak
1460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi.
Material Penyusun Candi
Inti tanah yang
berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah pondasi Candi Borobudur dibagi
menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk bukit. Tanah urug
adalah tanah yang sengaja dibuat untuk tujuan pembangunan Candi
Borobudur, disesuaikan dengan bentuk bangunan candi.
Menurut Sampurno
Tanah ini ditambahkan di atas tanah asli sebagai pengisi dan pembentuk
morfologi bangunan candi. Tanah urug ini sudah dibuat oleh pendiri Candi
Borobudur, bukan merupakan hasil pekerjaan restorasi. Ketebalan tanah
urug ini tidak seragam walaupun terletak pada lantai yang sama, yaitu
antara 0,5-8,5 m.
Batuan penyusun
Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar
porinya sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain
tidak berhubungan.
Kuat tekannya
tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis.
Dari hasil penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum
sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan maksimum sebesar 281 kg/cm2. Berat
volume batuan antara 1,6-2 t/m3.
Misteri Cara Membangun Candi
Data mengenai
candi ini baik dari sisi design, sejarah, dan falsafah bangunan begitu
banyak tersedia. Banyak ahli sejarah dan bangunan purbakala menulis
mengenai keistimewaan candi ini.
Hasil penelusuran
data baik di buku maupun internet, tidak ada satupun yang sedikit
mengungkapkan mengenai misteri cara pembangunan candi. Satu-satunya
informasi adalah tulisan mengenai sosok Edward Leedskalnin yang aneh dan
misterius.
Dia mengatakan
“Saya telah menemukan rahasia-rahasia piramida dan bagaimana cara orang
Mesir purba, Peru, Yucatan dan Asia (Candi Borobudur) mengangkat batu
yang beratnya berton-ton hanya dengan peralatan yang primitif.”
Edward adalah
orang yang membangun Coral Castle yang terkenal. Beberapa orang lalu
memperkirakan bagaimana cara kerja dia untuk mengungkap misteri tentang
pengetahuan dia bagaimana bangunan purba dibangun.
Akhirnya didapat
foto yang berhasil diambil pada waktu Edward mengerjakan Coral Castle
menunjukkan bahwa ia menggunakan cara yang sama yang digunakan oleh para
pekerja modern, yaitu menggunakan prinsip yang disebut block and
tackle.
Beda
Coral Castle beda pula Candi Borobudur. Coral Castle masih menungkinkan
menggunakan Block dan Tackle. Untuk Candi Borobudur rasanya block dan
tackle pun masih belum ada. Lalu bagaimana sebenarnya cara membuat Candi
ini?.
Candi ini lebih
bernilai dan terkenal bukan pada misteri-misteri yang berserakan, tapi
candi ini memiliki nilai design aristektur dan teknik sipil serta
kemampuan manajemen proyek yang tinggi yang menunjukkan kemajuan
pemikiran para pendahulu bangsa kita.
Semoga
pembangunan candi Borobudur tidak hanya menjadikan kita bangga karena
memilikinya melainkan lebih memahami makna dan falsafah serta teknologi
pembanggunannya agar kita dapat belajar dari sejarah kita sendiri.




{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini