Kita
akan berbicara mengenai Indonesia – Malaysia dengan Karim Raslan,
penulis yang sangat produktif. Dia menulis dari pengamatan dia
sehari-hari dan cerita orang-orang yang kemudian dituangkan di kolomnya
baik di media yang ada di Indonesia maupun Malaysia. Meskipun Karim
Raslan merupakan orang Malaysia, tapi kita akan bicara dalam bahasa
Indonesia bercampur-campur bahasa Malaysia.
Karim
Raslan sebagai orang media dan penulis menilai kebebasan media dan
demokrasi di Indonesia sangat penting. Dia banyak menulis tentang ini
kepada pembacanya bahwa kebebasan media dan demokrasi tidak
menghancurkan negara. Saat ini Malaysia masih dalam situasi yang hampir
sama dengan Orde Baru yaitu media-media harus mendapat izin dari
kerajaan dan pemerintah agar bisa terbit. Jadi, menurut dia, ini suatu
langkah yang harus dibuat di Malaysia.
Menurut Karim Raslan, yang paling penting untuk pembacanya di Malaysia ialah menggambarkan yang benar-benar
terjadi di Indonesia. Bagi pembacanya khususnya
politisi, pengusaha dan orang yang berpendidikan tinggi, mereka
menyadari Indonesia akan menjadi semacam pemimpin di Asia. Jadi
sekarang orang Malaysia harus lebih dekat dengan Indonesia agar kita
bisa maju bersama-sama. Indonesia sudah masuk ke G20 (Kelompok 20
ekonomi utama atau kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di
dunia ditambah dengan Uni Eropa - Red). Padahal masih ada banyak
kelemahan, itu tidak bisa dipaksakan. Indonesia sudah mulai bergerak
menjadi raksasa Asia.
Berikut wawancara Wimar Witoelar dengan Karim Raslan.
Saya
mau cerita sedikit. Sejak saya sangat sadar terhadap kejadian-kejadian
di luar kita termasuk kejadian negara dan politik, saya sadar ada
negara Malaysia. Sebab waktu kecil tidak ada, yang ada hanya jajahan
Inggris-Malaya yang terdiri atas Serawak, Singapura dan lainnya.
Kemudian saya amati wilayah itu menjadi negara. Setelah menjadi negara
memiliki tim sepak bola tapi kalah terus sama Indonesia. Namun 20 tahun
kemudian Indonesia yang kalah terus sama Malaysia, sampai kemarin baru
Indonesia menang lagi.
Dalam
hal lain kita juga sangat tersusul oleh Malaysia. Dulu saya bergerak di
bidang pendidikan menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Saat itu banyak orang ITB yang dibawa ke Kuala Lumpur untuk menjadi
dosen di sana. Tapi lama-lama sekarang universitas di Malaysia lebih
maju daripada universitas yang ada di sini. Singkatnya, Malaysia
menjadi suatu negara yang sukses dalam banyak hal. Indonesia suatu
negara yang tidak sukses dalam segala hal, walaupun bagi saya Indonesia
tanah airku. Jadi menarik untuk mencampuradukan kesan mengenai orang
dan kesan mengenai negara.
Terkait
kedekatannya, banyak nama-nama yang terngiang di kepala saya kalau
mendengar Malaysia. Mulai dari Perdana Menteri pertama Teuku Abdul
Rahman, bintang film P. Ramli, dan lainnya. Namun ada dua orang yang
melekat di kepala saya yaitu di bidang budaya, kesatu adalah kartunis
Lat, satu lagi orang yang lebih serius adalah Karim Raslan, penulis
yang sangat produktif. Apakah memang Anda selalu kooperatif? Mengapa
Anda semangat melakukan wawancara dengan saya?
Nama
Pak Wimar sudah saya kenal agak lama, dan saya sudah membaca tulisan
Pak Wimar sewaktu menjadi juru bicara Presiden KH Abdurrahman Wahid
(Gus Dur).
Okay itu
bukan pancingan, terima kasih. Jadi kita sudah saling mengenal dan saya
sangat menghargai keberadaan Anda. Di Malaysia, Anda menulis dua kolom
seminggu dan di Indonesia menulis dua kolom seminggu juga. Mengapa
Anda bergerak di dua negara ini?
Nama
kolom saya ialah "Ceritalah". Ini tentang cerita. Saya minta orang
cerita dan saya mengutip ceritanya kemudian memasang di dalam kolom
saya.
Apakah itu semacam story telling?
Ya, story telling. Bagi saya story telling
paling penting. Tidak ada yang paling pokok selain daripada itu. Saya
rasa dari perspektif ini, khususnya orang media dan penulis, boleh
dikatakan bahwa Indonesia lebih maju daripada Malaysia, ada kebebasan
media di sini. Orang Indonesia khususnya media bisa kritik siapapun.
Tapi kalau di Malaysia pasti tidak bisa.
Berapa lama sudah Anda bergerak dan menulis di dua negara ini?
Saya
baru mulai menulis di Jakarta Globe dalam bahasa Inggris sejak 2009
dan juga sudah mulai dalam bahasa Indonesia di inilah.com dengan kolom
yang sama. Menurut saya, kepentingan pembaca di Indonesia beda daripada
yang di Malaysia. Untuk pembaca saya di Malaysia, mereka sangat
tertarik dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial politik di
Indonesia. Sekarang, maaf, orang Malaysia sudah sadar bahwa Indonesia
sudah mulai ada perubahan menjadi negara yang lebih demokratis menjadi
satu negara yang kuat, tapi masih banyak orang yang kritik terhadap
negara yang kuat ini.
Senang sekali
mendengar orang Malaysia melihat hal-hal yang baik di Indonesia seperti
demokrasi dan sebagainya. Sedangkan tiap hari kita membaca di Twitter, Facebook,
di mana Indonesia betul-betul dihancurleburkan oleh Indonesia sendiri.
Kalau melihat tulisan Anda, Anda lebih baik terhadap Indonesia. Jadi,
saya bertanya pada Anda yang masih orang luar, apa yang bagus mengenai
Indonesia?
Jangan lupa bahwa saya
orang media dan penulis. Jadi menurut saya, kebebasan media dan
demokrasi di Indonesia sangat penting. Saya banyak menulis tentang ini
kepada pembaca saya, bahwa kebebasan media dan demokrasi tidak
menghancurkan negara. Saat ini Malaysia masih dalam situasi yang hampir
sama dengan Orde Baru yaitu media-media harus mendapat izin dari
kerajaan dan pemerintah agar bisa terbit. Jadi, menurut saya, ini suatu
langkah yang kita harus buat di Malaysia.
Okay,
Anda bicara mengenai Malaysia, saya bicara mengenai Indonesia supaya
tidak terjadi krisis diplomatik. Demokrasi di Indonesia, banyak yang
merasa eksesnya sangat cepat tercapai dalam 10 tahun. Kebebasan media
sudah menghasilkan media yang bisa dibeli, yang sensasionalis, dan
sebagainya. Apakah Anda tidak melihat ada efek kebablasan, artinya dari
kebebasan media di sini?
Pasti ada yang buruk, tapi juga ada yang baik. Kita harus confident
dengan penonton TV, pembaca koran bahwa mereka akan dan bisa membuat
pilihan masing-masing. Mereka bisa membuat evaluasi. Misalnya, yang cuma
cerita dan tidak ada landasan, saya tidak akan terima karena cuma
membicarakan yang buruk dan banyak gosip-gosip. Jadi kita harus confident dengan warga kita. Di Malaysia, kita tidak cukup confident dengan warga Malaysia bahwa mereka bisa handle dengan cara yang cukup terbuka untuk kebebasan media dan demokrasi.
Tapi,
di Indonesia pun sampai 1998 sangat tertekan dan orang sangat bersedia
ditekan juga. Itu bukan hanya zaman Soeharto. Pada zaman Soekarno pun
orang bersedia dilibatkan dalam satu otoritas. Apakah yang sekarang
terjadi adalah sifat inti orang Indonesia yang mencari kebebasan, atau
seperti murid tidak ada gurunya karena tidak ada pemerintah jadi
orangnya bebas ke sana-sini?
Kita harus
melihat bahwa pasti ada ekstrim. Yang paling penting untuk pembaca
saya di Malaysia ialah menggambarkan yang benar-benar terjadi di
Indonesia. Bagi pembaca saya khususnya politisi, pengusaha dan orang
yang berpendidikan tinggi, mereka menyadari Indonesia akan menjadi
semacam pemimpin di Asia. Jadi sekarang orang Malaysia harus lebih
dekat dengan Indonesia agar kita bisa maju bersama-sama. Indonesia
sudah masuk ke G20 (Kelompok 20 ekonomi utama atau kelompok 19 negara
dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa - Red).
Padahal masih ada banyak kelemahan, itu tidak bisa dipaksakan.
Indonesia sudah mulai bergerak menjadi raksasa Asia.
Bukankah menjadi raksasa tersebut karena orangnya banyak saja?
Iya, tapi sekarang jumlah penduduk merupakan satu faktor yang penting.
Ya, betul. Kalau mendengar pandangan begitu, orang Malaysia pasti melihat Anda sebagai Public Relations (PR) untuk Indonesia, betulkah?
Banyak
orang yang marah terhadap saya, "Oh, Karim jangan terlalu puji-puji
Indonesia." Namun saya mengatakan Indonesia banyak kelemahannya dan
banyak masalah khususnya masih banyak orang miskin. Lihatlah kondisi
berupa banyak orang yang terpaksa mencari kerja di Malaysia. Itu bukan
karena mereka mau bekerja di Malaysia, tapi tidak ada lowongan kerja di
sini. Jadi, saya mengatakan masih ada kekuatan di negara ini, yaitu
sangat plural dan sangat terbuka. Semua etnis memiliki hak sama sebagai
sesama orang pribumi. Hal itu lebih terbuka daripada Malaysia.
Menurut Anda, mengapa Indonesia bisa begitu plural dan cepat meresmikannya di dalam peraturan dan institusi?
Ini mungkin karena kepintaran founding fathers Indonesia
yaitu Soekarno - Mohammad Hatta, dan juga waktu Sumpah Pemuda dan Budi
Utomo. Mereka sudah membuat keputusan bahwa bahasa negara harus bahasa
Melayu, bahasa Indonesia. Jadi bukan bahasa Jawa. Dengan keputusan
itu, bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pengantar bagi semua orang. Itu
sangat egaliter, dan juga saya merasa Bung Karno memiliki hati yang
sangat plural sehingga orang Islam, Kristen, dan apa pun harus
bergabung. Sedangkan negara Malaysia adalah Kerajaan Melayu. Jadi kalau
bentuk kerajaan maka sulit untuk direformasi.
Jadi
karena faktor kerajaan. Saya mau tanya mengapa ada perbedaan antara
Indonesia dan Malaysia, padahal satu-satunya yang membuat perbedaan
hanyalah sejarah kolonialnya saja, sedangkan kepulauan dan segalanya
sama. Malaysia pengaruhnya Inggris dan Indonesia pengaruhnya Belanda.
Apa itu yang membedakan dan apakah hanya itu yang membedakan?
Kita
tidak bisa lari dari sejarah. Indonesia dan khususnya Jawa di bawah
penjajahan Belanda selama 300 tahun, jadi pengaruh Belanda sangat
dalam. Sedangkan Malaysia khususnya Semenanjung hampir sama dengan
Sumatera. Kalau saya ke Riau dan turun ke lapangan, saya pasti merasa
ini hampir sama dengan tanah air saya.
Apakah Anda merasa Riau berbeda dengan Jawa?
Pasti
ada sedikit perbedaan dari cara mereka bertutur dan sifat mereka. Saya
sangat tertarik dengan perbedaan budaya daerah-daerah di Indonesia. Di
antara daerah Minang, Riau, Sumatera Selatan, saya sangat tertarik
dengan Sumatera Selatan karena sifat Sriwijaya-nya.
Menurut Anda, mengapa orang Indonesia begitu salah menanggapi Malaysia?
Kita
harus sadar bahwa dua negara ini hampir sama, tetapi karena sejarah
politik maka membuat ada perbedaan. Jadi kita sudah terpisah. Bahasa
Indonesia pun jauh berbeda dengan bahasa Malaysia, padahal pokok bahasa
keduanya sama. Kemarin di Malaysia saya bertemu dengan Pak Ci’, mereka
tertawa mendengar logat saya. "Waduh Karim bahasa Anda nih sudah
rusak." Saya mengatakan tidak bisa dipisahkan bahasa Indonesia dengan
Malaysia.
Tadi dikatakan Indonesia dan
Malaysia sangat mirip, tapi saya tidak tahu konfliknya seberapa banyak.
Tiba-tiba banyak percikan-percikan. Mengapa antara Malaysia dan
Thailand seperti tidak ada masalah?
Itu
karena ikatan antara dua negara Indonesia-Malaysia sangat ketat.
Padahal ada berjuta-juta warga Indonesia yang mencari kerja di
Malaysia. Kita ramai dengan latar belakang dan keturunan dari
Indonesia. Banyak kawan saya yang orang tuanya dari Jawa, Palembang dan
Banda Aceh sehingga kita tidak dapat dipisahkan. Padahal sebenarnya
kebudayaan, politik dan sejarahnya sangat berbeda. Saya punya kawan
yang sekarang menjabat Menteri Pertahanan di Malaysia Ahmad Zahid
Hamidi. Orang tua dia berasal dari Jawa, jadi dia bisa bertutur bahasa
Jawa dengan kental. Saya pun kaget dan dia mengatakan tidak boleh orang
Malaysia berperang dengan Indonesia kalau Menteri Pertahanannya
berasal dari Jawa.
Apakah menurut Anda
persamaannya hanya sentimental, emosional atau strategis? Apakah ASEAN
bisa diharapkan bangkit kembali dengan semacam kekuatan baru Malaysia
-Indonesia?
ASEAN bangkit kembali di
tangan Indonesia, bukan di tangan Malaysia atau Singapura. Kalau
Indonesia benar-benar mau menjadi pemimpin ASEAN, kita harus menunggu
orang Indonesia dan pemimpin Indonesia.
Bukankah Indonesia pernah memimpin?
Pernah, tapi sekarang tidak ada choice, Indonesia must lead it.
Apakah itu karena size Indonesia?
Ya, size
tapi harus memimpin dengan cara yang benar-benar sederhana dan
menghormati hak-hak negara lain. Juga harus memiliki asas dan
dilandaskan dengan prinsip sehingga boleh dikatakan nanti respek kepada
Indonesia akan meroket.
Kalau kita
bicara mengenai Malaysia dan Indonesia, dulu Malaysia mencakup
Singapura. Sekarang kalau kita bicara tiga negara, bagaimana dengan
Singapura sekarang?
Singapura kecil
sekali. Jadi mereka bisa menggambil keputusan strategis dengan cara
sangat cepat. Apalagi ekonomi dunia bisa membuat kita melangkah dan
berubah total dalam 1-2 tahun. Jadi mereka lincah karena negaranya
kecil. Sedangkan Malaysia memiliki pasar domestik yang besar, tapi
banyak politik yang sangat sulit.
Ke mana saja Anda pernah berkunjung di Indonesia?
Saya
sangat suka berkunjung ke Sumatera dan Jawa. Saya sudah ke Jakarta
sampai Jogja lewat darat. Saya juga sangat suka ke Surabaya dan Bali.
Kalau ke Jawa Timur, saya suka bertemu para Kyai dan mendengar
argumentasi mereka. Padahal saya bukan orang yang memiliki pengetahuan
tentang Islam tapi saya sangat enjoy the process, very interesting dan mereka suka bercanda dan ini caranya sangat historis.
Bukankah mereka teman-temannya Gus Dur?
Iya, kalau Nadhlatul Ulama (NU) ada di Malaysia, saya rasa Malaysia pun lebih plural dan lebih terbuka.
Apakah organisasi agama Islam di Malaysia dan Indonesia memiliki karakter yang berbeda?
Beda, sebab kerajaan di Malaysia sangat kuat. Hampir semua organisasi di bawah lindungan kerajaan. Di sini, NU sangat independent.
Kalau mereka mau ke sana, tetap ke sana tidak usah perintah dari atas.
Itu yang saya suka di sini. Ini negara yang benar-benar tidak bisa
semuanya dikontrol.
Apa daerah di
Indonesia yang menurut Anda unik, dan susah dipukul-ratakan dengan
bagian lainnya di Indonesia? Mungkin kalau Aceh pasti berbeda?
Ya, betul. Mungkin daerah lainnya Jawa Timur. Itu karena saya sangat suka sifat orang Jawa, independent.
Mereka sangat terbuka, orang Madura pun sangat terbuka. Saya pikir
kota Surabaya sangat menarik. Pada 10 tahun lalu, kalau saya ke
Surabaya mungkin sedikit rawan, tidak aman tapi sekarang berbeda. Ada
banyak pohon di mana-mana dan ini menunjukkan ada transformasi lewat
politik.
sumber |
Home » Indonesia » Indonesia dari Perspektif Malaysia
Indonesia dari Perspektif Malaysia
Diposting oleh Unknown on Jumat, 22 Juni 2012
Label:
Indonesia
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini