Para
perempuan kudus sudah sangat dekat dengan pintu rumah Nikodemus saat
Tuhan kita bangkit; tetapi mereka tidak melihat suatupun dari
peristiwa-peristiwa ajaib yang terjadi di makam. Mereka tidak tahu bahwa
prajurit-prajurit telah disiagakan sekeliling makam, sebab mereka tidak
mengunjungi makam pada hari sebelumnya karena hari itu adalah hari
Sabat. Para perempuan itu saling bertanya dengan cemas mengenai apa yang
harus dilakukan dengan batu besar di pintu makam, siapakah yang paling
tepat untuk memintanya agar digulingkan bagi mereka, sebab mereka semua
begitu larut dalam duka hingga hal itu tak terpikirkan sebelumnya.
Rencana mereka adalah membubuhkan minyak urapan yang berharga ke atas
tubuh Yesus, dan lalu menaburkan ke atasnya bunga-bungaan yang langka
dan harum baunya; dengan demikian menyampaikan segala penghormatan yang
mungkin kepada Guru Ilahi kita yang terbaring dalam makam-Nya. Salome,
yang membeli lebih banyak daripada yang lain, adalah seorang perempuan
kaya yang tinggal di Yerusalem, merupakan kerabat St Yosef, tetapi bukan
ibunda Yohanes. Para perempuan kudus sampai pada keputusan untuk
meletakkan rempah-rempah di atas batu yang menutup pintu makam dan
menanti hingga seseorang datang untuk menggulingkannya.
Para
prajurit masih terkapar di tanah, goncangan dahsyat yang bahkan membuat
seluruh tubuh mereka gemetar menunjukkan dengan jelas betapa hebat rasa
ngeri mereka; batu besar terlempar ke satu sisi, hingga pintu dapat
dibuka dengan mudah. Aku dapat melihat kain lenan yang membungkus tubuh
Yesus tercecer dalam makam, dan kain kafan besar tergeletak di tempat
yang sama seperti saat mereka meninggalkannya, tetapi terlipat menjadi
dua begitu rupa hingga seketika orang akan tahu bahwa kain itu tidak
lagi membungkus apapun selain rempah-rempah yang telah dibubuhkan
sekujur tubuh kudus, tali-tali pengikat tergeletak di luar makam. Kain
lenan yang dipergunakan Bunda Maria untuk menyelubungi kepala kudus
Putranya masih ada di sana.
Aku
melihat para perempuan kudus masuk ke dalam taman; tetapi ketika
melihat cahaya yang berasal dari lentera-lentera para prajurit, dan
melihat sosok-sosok prajurit yang bergelimpangan di atas tanah
sekeliling makam, sebagian besar dari mereka merasa takut dan berbalik
menuju Golgota. Tetapi, Maria Magdalena lebih berani, dengan diikuti
Salome, ia masuk ke dalam taman, sementara para perempuan yang lain
tinggal dengan was-was di luar.
Magdalena
takut, dan sekejap tampak ngeri ketika langkah kaki membawanya semakin
mendekati para prajurit. Ia mundur beberapa langkah dan menggabungkan
diri dengan Salome, tetapi keduanya segera tersadar kembali dan bersama
melangkah melewati para prajurit yang bergelimpangan, masuk ke dalam gua
di mana makam terletak. Segera mereka melihat bahwa batu besar telah
digulingkan, tetapi pintu-pintu masih tertutup, mungkin Cassius yang
melakukan semua ini. Magdalena cepat membuka pintu dan dengan tak sabar
melongok ke dalam makam; ia amat terkejut mendapati kain-kain yang
mereka pergunakan untuk membungkus Tuhan kita tergeletak di satu sisi,
dan tempat di mana mereka membaringkan tubuh kudus tampak kosong.
Seberkas cahaya surgawi memenuhi gua, dan seorang malaikat duduk di sisi
kanan. Magdalena nyaris gila karena kecewa dan frustasi. Aku tidak tahu
apakah ia mendengar kata-kata yang disampaikan malaikat kepadanya,
tetapi serta-merta ia meninggalkan taman dan lari ke kota guna
memberitahukan apa yang telah terjadi kepada para rasul yang berkumpul
di sana. Aku tidak tahu apakah malaikat berbicara kepada Maria Salome,
sebab ia tidak masuk ke dalam makam; tetapi aku melihatnya meninggalkan
taman segera sesudah Magdalena, guna memberitahukan segala yang telah
terjadi kepada para perempuan kudus lainnya, yang ketakutan sekaligus
bersukacita atas kabar tersebut, tetapi mereka tak dapat memutuskan
apakah mereka akan masuk ke dalam taman atau tidak.
Sementara
itu, Cassius tetap tinggal dekat makam dengan harapan melihat Yesus,
sebab ia pikir pastilah Yesus menampakkan diri kepada para perempuan
kudus; tetapi, karena tak melihat apa-apa, ia mengayunkan langkahnya
menuju istana Pilatus guna menceritakan segala yang telah terjadi
kepadanya; namun demikian ia berhenti, pertama di tempat di mana para
perempuan kudus berkumpul untuk memberitahukan kepada mereka apa yang
telah ia lihat dan menyarankan mereka untuk segera masuk ke dalam taman.
Mereka mengikuti sarannya dan langsung berangkat ke sana. Begitu tiba
di pintu makam, mereka melihat dua malaikat mengenakan jubah imam
berwarna putih yang berkilau-kilauan. Para perempuan sangat ketakutan;
mereka menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan merebahkan diri nyaris
mencium tanah; tetapi, seorang dari malaikat menyapa mereka, meminta
mereka untuk jangan takut, dan memberitahu mereka untuk tidak mencari
Tuhan mereka yang tersalib di sana, sebab Ia hidup, Ia telah bangkit,
dan tidak lagi tinggal dalam makam. Pada saat yang sama, ia menunjukkan
kepada mereka makam yang telah kosong, dan meminta mereka untuk pergi
serta menyampaikan kepada para murid segala sesuatu yang telah mereka
lihat dan dengar. Ia juga mengatakan kepada mereka bahwa Yesus akan
pergi mendahului mereka ke Galilea, pula mengingatkan mereka akan
kata-kata yang telah disampaikan Juruselamat kita kepada mereka dalam
suatu kesempatan: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan”
Lalu, kedua malaikat itu lenyap, meninggalkan para wanita yang diliputi
sukacita, walau tentu saja mereka sangat gemetar; mereka menangis,
melihat makam yang telah kosong dan kain-kain lenan yang berserakan,
lalu segera berangkat kembali ke kota. Tetapi, karena masih sangat
terpengaruh dengan banyak peristiwa menakjubkan yang telah terjadi,
mereka berjalan dengan amat lamban, kerapkali berhenti dan menengok ke
belakang, dengan harapan melihat Tuhan kita, atau setidak-tidaknya
Magdalena.
Sementara
itu, Magdalena tiba di Senakel. Ia begitu tegang hingga tampak bagaikan
seorang yang tidak waras, dengan tergesa ia mengetuk pintu. Sebagian
dari para murid masih terlelap, dan mereka yang telah bangun sedang
bercakap-cakap. Petrus dan Yohanes membuka pintu, tetapi Magdalena hanya
berteriak tanpa masuk ke dalam rumah, “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan,”
lalu ia pun segera berlari kembali ke taman. Petrus dan Yohanes masuk
ke dalam rumah, dan setelah mengucapkan beberapa patah kata kepada para
murid yang lain, mereka mengikutinya secepat mungkin, tetapi Yohanes
berlari jauh lebih cepat daripada Petrus. Lalu, aku melihat Magdalena
masuk kembali ke dalam taman dan langsung bergegas menuju makam; ia
tampak amat gemetar, sebagian karena dukacita, sebagian lagi karena
berlari begitu kencang. Gaunnya basah oleh embun, kerudungnya tergantung
di satu sisi, sementara rambutnya yang indah dan tebal, yang dulu
sangat ia banggakan, jatuh tergerai kusut di atas bahunya bagaikan
mantol. Karena seorang diri saja, ia takut masuk ke dalam gua, jadi ia
berhenti sebentar di luar dan berlutut agar dapat melihat ke dalam makam
dengan lebih baik. Ia sedang berusaha menyibakkan rambutnya yang
panjang, yang terjuntai ke wajahnya hingga menghalangi pandangan, ketika
ia melihat kedua malaikat yang sedang duduk di atas makam; aku
mendengar salah seorang dari mereka menyapanya demikian, “Perempuan, mengapa engkau menangis?”
Magdalena menjawab, dengan suara yang tercekik oleh airmata (sebab ia
teramat sedih mendapati bahwa tubuh Yesus sungguh tak ada lagi di sana),
“Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.”
Magdalena tak berkata-kata lagi, melainkan, melihat kain kafan yang
kosong, ia keluar dari makam dan mulai mencari-cari di segala tempat. Ia
merasakan suatu firasat rahasia bahwa bukan hanya ia akan menemukan
Yesus, tetapi bahwa Ia bahkan sangat dekat dengannya; kehadiran kedua
malaikat nyaris tak diindahkannya; bahkan tampaknya ia tidak menyadari
bahwa mereka itu adalah malaikat, segenap jiwa raganya tertuju pada satu
pikiran ini, “Yesus tidak di sana! Di manakah Yesus?” Aku melihatnya
berkeliaran kian kemari bagaikan seorang gila, dengan rambutnya yang
tergerai terayun-ayun dipermainkan angin; rambutnya itu tampak sangat
menjengkelkannya; lagi, ia berusaha menyibakkannya dari wajahnya dan
setelah membaginya menjadi dua bagian, melemparkannya ke belakang bahu.
Lalu
ia mengangkat wajahnya, mengamati sekeliling, dan melihat suatu sosok
yang tinggi, berjubah putih, berdiri pada jarak kira-kira sepuluh
langkah dari makam di sebelah timur taman, di mana jalanan sedikit
menanjak ke arah kota; sosok itu setengah tersembunyi dari pandangannya,
terhalang oleh sebatang pohon palma, tetapi, ia agak terkejut juga
ketika sosok itu menyapanya dengan kata-kata ini, “Perempuan, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?”
Magdalena menyangka bahwa Orang itu adalah tukang kebun; sesungguhnya,
sebuah sekop ada dalam tangan-Nya dan sebuah topi lebar (yang tampaknya
terbuat dari kulit kayu) di atas kepala-Nya. Jubah-Nya serupa dengan
yang dikenakan tukang kebun yang digambarkan Yesus dalam suatu
perumpamaan yang diceritakan-Nya kepada para perempuan kudus di Betania
sesaat sebelum Sengsara-Nya. Tubuh-Nya tidak bercahaya, penampilan-Nya
secara keseluruhan lebih menyerupai seorang yang berjubah putih, yang
dilihat dalam keremangan cahaya. Saat Ia mengatakan, “Siapakah yang engkau cari?” Magdalena menatap-Nya dan menjawab cepat, “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”
Lalu, ia memandang sekeliling dengan harap-harap cemas. Yesus berkata
kepadanya, “Maria.” Seketika itu juga ia mengenali suara yang
dikasihinya, ia berpaling segera seraya berseru, “Rabuni! (Guru)!”
Ia bersembah sujud di hadapan-Nya dan mengulurkan tangan hendak
menjamah kaki-Nya; tetapi Yesus mengisyaratkan padanya untuk diam, dan
berkata, “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi
kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah
kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu,
kepada Allah-Ku dan Allahmu” Lalu, Yesus pun lenyap.
Alasan Yesus mengatakan, “Janganlah engkau memegang Aku,”
sesudahnya dijelaskan kepadaku, tetapi aku hanya memiliki ingatan samar
saja akan penjelasan tersebut. Aku pikir Yesus mengucapkan kata-kata
ini karena kesembronoan perasaan Magdalena, yang pada tingkat tertentu
membuatnya terlupa akan misteri mulia yang telah digenapi, dan merasa
seolah apa yang ia lihat saat itu adalah makhluk yang masih fana, dan
bukannya tubuh yang telah dimuliakan. Mengenai kata-kata Yesus, “Aku belum pergi kepada Bapa,”
dikatakan kepadaku bahwa maknanya adalah bahwa sejak Kebangkitan-Nya,
Yesus belum menghadap BapaNya untuk mengucap syukur atas kemenangan-Nya
atas maut, dan untuk karya penebusan yang telah Ia genapi. Yesus
berharap Magdalena dapat mengerti dari kata-kata ini bahwa buah-buah
pertama sukacita adalah milik Allah, dan bahwa ia harus merenungkan
serta mengucap syukur kepada-Nya atas digenapinya misteri mulia
penebusan, dan atas kemenangan yang telah diperoleh-Nya atas maut; dan
jika Magdalena diperkenankan mencium kaki-Nya seperti yang biasa ia
lakukan sebelum Sengsara-Nya, maka pikirannya akan terpaku pada Guru
Ilahi-nya, dan dalam luapan kasihnya, ia akan sama sekali melupakan
peristiwa-peristiwa mengagumkan yang membangkitkan rasa takjub dan
sukacita hebat di Surga. Aku melihat Magdalena segera bangkit berdiri
begitu Tuhan kita lenyap dari pandangan; ia berlari dan melihat kembali
dalam makam, seolah ia yakin bahwa dirinya pastilah sedang bermimpi. Ia
melihat kedua malaikat masih duduk di sana, dan mereka berbicara
kepadanya mengenai kebangkitan Tuhan kita dengan kata-kata yang sama
seperti yang mereka sampaikan kepada para perempuan lainnya. Magdalena
juga melihat kain kafan yang kosong, dan lalu, merasa yakin bahwa ia
tidak sedang berkhayal, tetapi bahwa penampakan Tuhan kita sungguh
nyata, ia melangkah tergesa kembali ke Golgota untuk mencari para
sahabatnya, yang sedang berjalan hilir-mudik, menanti kedatangannya
kembali dengan tak sabar, merasakan dalam batin mereka semacam suatu
pengharapan samar bahwa mereka akan melihat atau mendengar sesuatu
tentang Yesus.
Keseluruhan
peristiwa di atas memakan waktu dua atau tiga menit lebih. Kira-kira
pukul setengah empat dini hari ketika Tuhan menampakkan diri kepada
Magdalena, dan Yohanes serta Petrus masuk ke dalam taman tepat saat
Magdalena lari meninggalkannya. Yohanes, yang tiba lebih dulu dari
Petrus, berhenti di pintu masuk gua dan melongok ke dalam. Ia melihat
kain-kain lenan tergeletak di satu sisi; ia menunggu hingga Petrus
datang, lalu bersama-sama mereka masuk ke dalam makam dan melihat kain
kafan yang kosong seperti telah disampaikan kepada mereka. Yohanes
seketika itu juga percaya akan Kebangkitan Yesus, dan mereka berdua
memahami dengan jelas kata-kata yang disampaikan Yesus kepada mereka
sebelum Sengsara-Nya, pula akan berbagai ayat dalam Kitab Suci yang
berhubungan dengan peristiwa itu, yang hingga sebelum saat itu tidak
terpahami oleh mereka. Petrus meletakkan kain-kain lenan di bawah
jubahnya, dan mereka bergegas kembali ke kota melewati pintu masuk kecil
milik Nikodemus.
Keadaan
makam suci ketika kedua rasul itu masuk sama seperti ketika Magdalena
pertama kali melihatnya. Kedua malaikat bersembah sujud, satu di bagian
kepala dan yang lain di bagian kaki, dalam sikap yang persis sama
seperti ketika tubuh-Nya yang menawan terbaring di sana. Aku pikir
Petrus tidak menyadari kehadiran para malaikat ini. Sesudahnya, aku
mendengar Yohanes mengatakan kepada para murid di Emaus bahwa ketika ia
melongok ke dalam makam, ia melihat seorang malaikat. Mungkin Yohanes
terkejut dengan penglihatan ini, oleh sebab itu ia mundur dan membiarkan
Petrus masuk terlebih dahulu ke dalam makam; tetapi sangat mungkin juga
bahwa alasan Yohanes tidak menyebutkan mengenai hal ini dalam Injil-nya
adalah karena kerendahan hatinya membuatnya enggan mengungkapkan
kenyataan bahwa ia lebih dikasihi daripada Petrus.
Saat
itu, para prajurit mulai siuman kembali; mereka bangkit berdiri,
memungut tombak-tombak mereka, dan menurunkan lentera-lentera yang ada
di pintu, darimana mereka memperoleh sedikit sinar samar untuk melihat
sekeliling. Lalu, aku melihat mereka berjalan tergesa keluar taman
karena takut dan gentar, menuju ke kota.
Sementara
itu Magdalena telah bergabung kembali dengan para perempuan kudus dan
menceritakan kepada mereka bahwa ia melihat Tuhan dalam taman, dan juga
segala perkataan para malaikat sesudahnya; segera pula para perempuan
menceritakan apa yang telah mereka sendiri lihat. Magdalena bergegas
menuju Yerusalem, sementara para perempuan kembali ke bagian taman di
mana mereka berharap dapat bertemu dengan kedua rasul. Sebelum mereka
tiba di sana, Yesus menampakkan diri kepada mereka. Ia mengenakan jubah
putih panjang, yang bahkan menutupi kedua tangan-Nya, dan menyapa
mereka, “Salam bagimu.” Mereka terkejut sekaligus takjub,
lalu bersembah sujud di kaki-Nya; Yesus menyampaikan beberapa patah
kata, mengulurkan tangan-Nya seolah menunjukkan sesuatu kepada mereka,
lalu menghilang. Para perempuan kudus segera menuju Senakel, dan
menyampaikan kepada para murid yang berkumpul di sana bahwa mereka telah
melihat Tuhan; para murid menganggap kabar itu tidak masuk akal, dan
tidak mau percaya baik akan kabar yang disampaikan oleh mereka maupun
oleh Magdalena. Mereka menganggap cerita-cerita itu merupakan akibat
dari daya imajinasi mereka yang berlebihan; tetapi ketika Petrus dan
Yohanes masuk ke dalam ruangan dan menceritakan apa yang juga telah
mereka lihat, para murid itu tidak tahu harus berkata apa, dan mereka
semuanya merasa takjub.
Beberapa
saat kemudian, Petrus dan Yohanes meninggalkan Senakel; segala
peristiwa mengagumkan yang telah terjadi membuat mereka luar biasa diam
dan berpikir dalam-dalam; tak lama berselang mereka berjumpa dengan
Yakobus Muda dan Tadeus, yang bermaksud mengikuti mereka ke makam. Baik
Yakobus maupun Tadeus disambut baik, Tuhan telah menampakkan diri
beberapa saat sebelum mereka bertemu Petrus dan Yohanes. Aku juga
melihat Yesus lewat dekat Petrus dan Yohanes. Aku pikir Petrus
mengenali-Nya, sebab ia tiba-tiba terkejut, tetapi, aku pikir Yohanes
tidak melihat-Nya.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini