Purwoceng merupakan salah satu tanaman obat herbal
tradisional yang dikenal berkhasiat sebagai obat perkasa kaum lelaki.
Karena itu, Purwoceng juga mendapat sebutan ‘Viagra Jawa’. Kenapa bisa
demikian?
Purwoceng sebenarnya tergolong tanaman langka, namun kini dapat
diselamatkan dengan budi daya menggunakan metode kultur in vitro.Nama
Latin purwoceng semula adalah Pimpinella pruacan, tapi kemudian direvisi
menjadi Pimpinella alpina.
Tumbuhan ini ditemukan di Pegunungan Alpen di Swiss, pada ketinggian
2.000-3.000 meter di atas permukaan laut. Mengenai tempat tumbuh
Purwoceng di Indonesia semula dikenal tumbuh liar di kawasan Dieng pada
ketinggian 2.000-3.000 m dpl.
Namun menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan (1987), sebaran tanaman purwoceng di Indonesia
kini meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
purwoceng dapat tumbuh di luar habitatnya seperti di Gunung Putri
Jawa Barat dan mampu menghasilkan benih untuk bahan konservasi. Potensi
tanaman purwoceng cukup besar, tetapi masih terkendala oleh langkanya
penyediaan benih dan keterbatasan lahan yang sesuai untuk tanaman
tersebut (Yuhono 2004).
Selain di Dieng, Purwoceng juga tumbuh di pegunungan Iyang, Jawa
Timur (dikenal sebagai suripandak abang). Di Gunung Tengger dinamai
gebangan depok. Kendati sebutan nama latinnya berubah-ubah, para
peneliti memiliki satu kesimpulan yang sama bahwa Purwoceng termasuk
tanaman obat.
Apa Saja Manfaat Purwoceng?
seluruh bagian tanaman purwoceng dapat digunakan sebagai obat
tradisional, terutama akar. Akarnya mempunyai sifat diuretika dan
digunakan sebagai aprosidiak (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1987), yaitu khasiat suatu obat yang dapat meningkatkan atau
menambah stamina dan bisa dibuat ramuan tradisional untuk pria.
Pada umumnya tumbuhan atau tanaman yang berkhasiat sebagai aprosidiak
mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin, dan
senyawa-senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh serta
memperlancar peredaran darah. Di Indonesia tumbuhan atau tanaman obat
yang digunakan sebagai aprosidiak lebih banyak hanya berdasarkan
kepercayaan dan pengalaman.
Penggunaan tanaman obat dibidang pengobatan pada prinsipnya tetap
didasarkan pada prinsip-prinsip terapi seperti pada penggunaan obat
moderen. Oleh karenanya informasi kandungan senyawa aktif tanaman obat
mutlak diperlukan. Umumnya tanaman obat jarang memiliki bahan senyawa
tunggal, sehingga sulit untuk memastikan kandungan aktif mana yang
berkasiat untuk pengobatan penyakit tertentu.
Misalnya khasiat akar tanaman purwoceng (Pimpinella alpina) yang
diketahui dari pengalaman-pengalaman orang kemudian berkembang menjadi
image berkasiat sebagai aprodisiak, ternyata mengandung turunan dari
senyawa sterol, saponin dan alkaloida.
akar purwoceng mengandung turunan senyawa kumarin yang digunakan
dalam industri obat modern, tetapi bukan untuk aprodisiak melainkan
untuk anti bakteri, anti fungi dan anti kanker. Hernani dan Yuliani
(1990) mengatakan bahwa bahan aktif purwoceng terbanyak terletak pada
bagian akarnya.
Tanaman purwoceng mempunyai kandungan bahan yang bersifat aprodisiak
menyebabkan keberadaannya semakin dicari orang. Pada mulanya, tanaman
purwoceng digunakan oleh penduduk disekitar pegunungan Dieng (daerah
asalnya) hanya untuk pemeliharaan kesehatan atau peningkatan derajat
kesehatan.
Namun sejalan dengan perkembangan penelitian dan isu yang
dihembuskan, tanaman ini berkembang menjadi komoditas yang sangat ”laku
jual” sebagai bahan aprodisiak, bahkan kini telah dipopulerkan oleh
masyarakat dan Kelompok Tani setempat dengan sebutan ”Viagra Jawa”.
Keberadaan tanaman yang semakin langka disebabkan selain karena
terdesak oleh pesatnya permintaan, juga karena pengadaannya memerlukan
waktu. Atas dasar kelangkaan dan isu aprodisiak tersebut harga yang
terjadi sekarang sangat tinggi.
sumber
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini