Berita Alam Kubur pada malam hari ini tentang seorang pemuda yang ahli dalam mencuri serta seringkali meninggalkan shalat, tapi...
Tapi dia ini selalu ikut pengajian di majelis TAKLIM seorang ulama. Bagaimana nanti nasibnya si pemuda ini.
Berikut Kisahnya.
Pada zaman sahabat dahulu, ada seorang pemuda yang gemar mencuri dan sering meninggalkan shalat. Pemuda itu bernama Malik. Sebenarnya dia ini ingin sekali bertobat namun belum juga kesampaian niatnya atau belum mendapat hidayah dari Allah SWT.
Akhirnya jatuhlah pilihan bahwa si pemuda kepada seorang ulama yang bernama Shalih Almirri.
Malik selalu mengikuti pengajian yang diadakan oleh ulama tersebut agar dapat kiranya dirinya bertobat. Setelah berkali-kali mengikuti pengajian rutinnya, namun belum juga Malik bertobat dari kegemarannya mencuri, bahkan dia sering meninggalkan shalat 5 waktu.
Hidayah datang bermula ketika Shalih Almirri menyuruhnya untuk membaca ayat suci Al Qur'an.
"Bacalah wahai pemuda," perintah Shalih.
"Apa yang harus aku baca?" tanya Malik.
"Bacalah Surat Al Mu'min ayat 18," jawab Shalih.
Inilah Surat Al Mu'min ayat 18.
Allah SWT berfirman,
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ
Artinya;
"Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya."
Kezaliman.
Setelah membaca ayat tersebut Shalih berkata kepada Malik.
"Bagaimana mungkin seorang yang zalim dapat memiliki pembela, padahal semua tuntutan adalah kepunyaan Allah SWT? Demi Allah SWT, seandainya engkau menyaksikan orang-orang yang berbuat zalim dan maksiat digiring ke neraka dalam keadaan terikat rantai, tidak beralas kaki, berwajah hitam, mata membiru dan badan lunglai seraya berseru, " Celakalah kami, celakalah kami," papar Shalih.
Malik yang mendengar begitu jelas penuturan sang ulama, langsung gemetaran tubuhnya. Para jamaah yang ikut pula mendengarkan petuah tersebut juga sudah ada yang meneteskan air mata karena takut kepada Allah SWT.
Kemudian, Shalih bertutur kembali.
"Malaikat akan menggiring ahli maksiat dengan palu dari api, kadang kala para malaikat itu menginjak wajah mereka. Hingga ahli maksiat itu ada yang menangis darah karena air mata telah habis dikucurkan. Mereka berterika dengan keras menahan sakit."
"Demi Allah, seandainya engkau melihat keadaan mereka, engkau tidak akan kuat menyaksikannya dan hatimu pasti gelisah," tutur Shalih kembali.
"Duh, betapa buruknya pemandangan ketika itu, betapa jeleknya akhir perjalanan itu," seru Malik.
Sang ulama, Shalih Almirri tiba-tiba saja menangis dan semua orang di sekitarnya ikut menangis.
Malik kemudian berdiri dan berkata,
"Apakah semua ini akan terjadi pada Hari Kiamat?"
"Ya, demi Allah wahai anak saudaraku. AKu tidak melebih-lebihkan. Aku mendengar bahwa mereka berteriak di neraka sampai suara mereka habis," jawab Shalih.
Tak berapa lama kemudian Malik berseru,
"Betapa aku telah lalai selama ini, Ya Rabb. Betapa aku menyesal telah tidak taat selama hidupku ini. Betapa aku sangat menyesal telah membuang-buang waktuku di dunia," ucapnya penuh dengan penyesalan.
Kemudian pemuda itu menangis sambil menghadap kiblat dia berdoa,
"Ya Allah, aku sekarang menghadap-MU dengan tobat yang tidak dicampuri dengan riya'. Ya Allah, terimalah aku atas apa yang telah aku lakukan sebelumnya. Ampunilah perbuatanku terdahulu. Ampunilah aku," begitu doanya.
Rahmat Allah SWT.
Setelah selesai berdoa, Malik langsung pingsan.
Shalih dan beberapa muridnya mengantarkan Malik ke rumahnya. Setelah beberapa hari, Malik tidak kunjung sadarkan diri dan kemudian diketahui telah meninggal dunia.
Banyak sekali orang yang hadir untuk bertakziah mengantarkan jenazah ke kubur, termasuk Shalih dan para murid-muridnya.
"Sungguh ia telah meninggal karena Al Qur'an. SUngguh dia meninggal karena nasehat dan kesedihan," kata Shalih kepada murid-muridnya.
Pada malam harinya, ada murid dari Shalih Almirri yang memimpikan pemuda tersebut setelah kematiannya. Murid Shalih bertanya dalam mimpinya,
"Apa yang telah engkau lakukan wahai Malik?"
Malik menjawab,
"Keberkahan majelis Shalih meliputiku, sehingga aku masuk dalam keluasan rahmat Allah SWT yang meliputi segala sesuatu."
Pada keesokan harinya, orang tersebut (murid Shalih) menceritakan kejadian mimpi yang dialaminya kepada gurunya. Shalih terkagum-kagum dengan kondisi Malik di dalam Kubur karena mendapatkan nikmat kubur yang tiada tara.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini