Bila Kristen Yahudi sering menyodori manipulasi data extrem segelintir
umat Islam, dibawah ini data penyeimbang kekejaman mereka
1. Tahun 630 (8 H). Utusan Nabi
Muhammad, Al-Harits ibu Umair al-Azady, yang membawa surat untuk
pemimpin Bushro, dihadang dan diculik untuk selanjutnya dipenggal
lehernya oleh pegawai Romawi atas perintah Kaisar Romawi, Heraklius.
Padahal, membunuh duta merupakan kejahatan yang amat sama halnya dengan
mengumumkan perang. Akibat kebiadaban kaisar Kristen ini timbullah
perang Mut'ah dan perang Tabuk antara umat Islam melawan Kristen Romawi.
Inilah konflik pertama kali antara umat Islam dengan orang Kristen. Dan
seperti yang terpampang dalam sejarah, Kristen lah yang lebih dulu
membunuhi umat Islam.
2. Tahun 1064. Rombongan peziarah
Kristen sebanyak 7000 orang yang dipimpin oleh seorang Uskup telah
menyerang orang-orang Arab dan Turki di Yerusalem.
3. 15 Juli 1099, Yerusalem ditaklukan.
60.000 orang dibunuh, terdiri dari orang-orang Yahudi, Muslim,
laki-laki, perempuan dan anak-anak. Dilukiskan oleh saksi mata Kengerian
begitu dahsyat : "Kami harus berjalan didalam darah musuh kami sedalam
mata kaki". Akhirnya pada 15 Juli 1099, Yerusalem (Baitul Maqdis) jatuh
ke tangan pasukan Salib, tercapailah cita-cita mereka. Berlakulah
keganasan luar biasa yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat
manusia. Kaum kafir Kristen itu telah menyembelih penduduk sipil Islam
baik lelaki, perempuan dan anak-anak dengan sangat ganasnya.
Mereka juga membantai orang-orang Yahudi
dan orang-orang Kristen yang enggan bergabung dengan kaum Salib.
Keganasan kaum Salib Kristen yang sangat luar biasa itu telah dikutuk
dan diakui oleh para saksi dan penulis sejarah yang terdiri dari
berbagai agama dan bangsa. Seorang ahli sejarah Prancis, Michaud
berkata: "Pada saat penaklukan Yerusalem oleh orang Kristen tahun 1099,
orang-orang Islam dibantai di jalan-jalan dan di rumah-rumah. Yerusalem
tidak punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah itu. Beberapa orang
coba mengelak dari kematian dengan cara mengendap-endap dari benteng,
yang lain berkerumun di istana dan berbagai menara untuk mencari
perlindungan terutama di masjid-masjid. Namun mereka tetap tidak dapat
menyembunyikan diri dari pengejaran orang-orang Kristen itu.
Tentara Salib yang menjadi tuan di
Masjid Umar, di mana orang-orang Islam coba mempertahankan diri selama
beberapa lama menambahkan lagi adegan-adegan yang mengerikan yang
menodai penaklukan Titus. Tentara infanteri dan kavaleri lari tunggang
langgang di antara para buruan. Di tengah huru-hara yang mengerikan itu
yang terdengar hanya rintihan dan jeritan kematian. Orang-orang yang
menang itu menginjak-injak tumpukan mayat ketika mereka lari mengejar
orang yang coba menyelamatkan diri dengan sia-sia."Raymond d'Agiles,
yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri mengatakan:
"Di bawah serambi masjid yang melengkung itu, genangan darah di
dalamnya mengenai lutut dan mencapai tali kekang kuda." Aksi pembantaian
hanya berhenti beberapa saat saja, yakni ketika pasukan Salib itu
berkumpul untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan mereka Yesus Kristus
atas kemenangan mereka. Tapi begitu upacara perayaan itu selesai,
pembantaian diteruskan dengan lebih ganas lagi.
Seterusnya Michaud berkata: "Semua yang
tertangkap yang disisakan dari pembantaian pertama, semua yang telah
diselamatkan untuk mendapatkan upeti, dibantai dengan kejam. Orang-orang
Islam itu dipaksa terjun dari puncak menara dan bumbung-bumbung rumah,
mereka dibakar hidup-hidup, diseret dari tempat persembunyian bawah
tanah, diseret ke hadapan umum dan dikurbankan di tiang
gantungan."Selanjutnya Michaud menambahkan: "Air mata wanita, tangisan
anak-anak, begitu juga pemandangan dari tempat Yesus Kristus memberikan
ampun kepada para algojonya, sama sekali tidak dapat meredakan nafsu
membunuh orang-orang yang menang itu. Penyembelihan itu berlangsung
selama seminggu.Beberapa orang yang berhasil melarikan diri, dimusnahkan
atau dikurangkan jumlahnya dengan perbudakan atau kerja paksa yang
mengerikan."...woaow luar biasa ajaran kasih ya
Archbishop Tyre, saksi mata melukiskan
peristiwa itu sbb: "It was impossible to look upon the vast numbers of
the slain without horror; everywhere lay fragments of human bodies, and
the very ground was covered with the blood of the slain. It was not
alone the spectacle of headless bodies and mutilated limbs strewn in all
directions that roused the horror of all who looked upon them. Still
more dreadful was it to gaze upon the victors themselves, dripping with
blood from head to foot, an ominous sight which brought terror to all
who met them. It is reported that within the Temple enclosure alone
about ten thousand infidels perished."
"Adalah mustahil untuk melihat keatas
angka-angka luas yang dibunuh tanpa kengerian; di mana-mana diletakkan
bagian-bagian tubuh manusia, dan seluruh lantai telah tertutup oleh
darah para korban. Itu tidak sendiri karena pertunjukan besar
tubuh-tubuh tanpa kepala dan terpotong-potong yang ditaburkan di segala
jurusan, benar-benar membangunkan kengerian bagi semua yang melihatnya.
Meski demikian yang lebih seram adalah untuk menatap atas para pemenang
diri mereka, menitikkan darah seluruh badan, suatu penglihatan tidak
menyenangkan yang membawa teror bagi semua menjumpainya. Itu dilaporkan
di dalam lampiran kuil itu sendiri bahwa sekitar sepuluh ribu orang
pengkhianat binasa."
Gustave Le Bon telah mensifatkan
penyembelihan kaum Salib Kristen sebagaimana kata-katanya: "Kaum Salib
kita yang 'bertakwa' itu tidak memadai dengan melakukan berbagai bentuk
kezaliman, kerusakan dan penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu
pertemuan yang memutuskan supaya dibunuh saja semua penduduk Yerusalem
yang terdiri dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang
Kristen yang tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlahnya
mencapai 60.000 orang. Orang-orang itu telah dibunuh semua dalam masa
8HARI SAJA termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua, tidak seorang
pun yang terkecuali."
Gustave Le Bon dalam bukunya "La
Civilisation Islamique er Arabe" hal.407 juga mengatakan, "Kekejaman
yang dilakukan oleh tentara salib terhadap kawan maupun lawan, tentara
maupun rakyat sipil, wanita ataupun anak-anak, orang tua maupun anak
muda, membuat mereka menduduki tempat teratas dalam sejarah kekerasan".
Salah seorang saksi sejarah, Robert The
Monk, menulis sbb: "Tentara kami menyerbu seluruh lorong, medan, serta
di atas bumbung-bumbung rumah yang bersambungan seperti singa yang
kehilangan anaknya. Kami mencabik-cabik anak-anak dengan kejam. Kami
membunuh orang tua dan muda dengan pedang. Untuk mempercepat kerja, kami
menggunakan satu tali untuk mengantung leher beberapa orang."Tentara
merampas dan merampok apa saja yang mereka temukan. Mereka bahkan
merobek perut para korban untuk mencari emas dan uang. Apa saja yang
ditemukan, mereka rampas. Akhirnya, Bohemond mengumpulkan semua yang
selamat, lelaki ataupun perempuan, yang cacat dan tidak berdaya di dalam
sebuah istana, dan membunuh mereka semua. Mereka meninggalkan yang muda
untuk dijual di pasar budak Antiochia.
Godfrey Hardouinville melaporkan kepada
Paus, "Di Yerusalem, umat Islam yang ditangkap, dibunuh oleh orang-orang
kami di halaman kuil Solomon hingga kuil itu dipenuhi dengan darah yang
menggenang sampai ke lutut."
Ahli sejarah Kristen yang lain, Mill,
mengatakan: "Ketika itu diputuskan bahwa rasa kasihan tidak boleh
diperlihatkan terhadap kaum Muslimin. Orang-orang yang kalah itu diseret
ke tempat-tempat umum dan dibunuh. Semua kaum wanita yang sedang
menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak lelaki dibantai dengan kejam.
Tanah padang, jalan-jalan, bahkan tempat-tempat yang tidak berpenghuni
di Yerusalem ditaburi oleh mayat-mayat wanita dan lelaki, dan tubuh
anak-anak yang terkoyak-koyak. Tidak ada hati yang lebur dalam keharuan
atau yang tergerak untuk berbuat kebajikan melihat peristiwa mengerikan
itu." Penaklukan Yerusalem oleh tentara Salib benar-benar diwarnai
dengan pembantaian yang tak pandang bulu (indiscriminate massacre).
Kaummuslimin -meliputi semua umur dan jenis yang tak berdaya-
dibantainya.
K. Hitti menuliskan, "Heaps of heads and
hand feet were to be seen throughout the street and squares of the
city." (Tumpukan dari kepala-kepala dan kaki tangan korban pembantaian
dipamerkan di jalan-jalan dan di sudut-sudut kota).
Para ahli sejarah mencatat jumlah korban
pembantaian itu sekitar 60.000 sampai 100.000 orang lebih. Peristiwa
yang kejam ini, jika dibandingkan dengan penaklukan Shalahuddin
al-Ayyubi dalam merebut kembali Yerusalem, tentu menimbulkan pertanyaan,
"Benarkah motivasi agama (Kristen) menjiwai perang ini?".
Karena, berbeda 180 derajat dengan
pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Kristen, umat Islam sama sekali
tidak melakukan pembantaian balasan ketika merebut kembali Yerusalem
dibawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi. Kristen membantai sangat banyak
umat manusia ketika merebut Yerusalem,
sementara Islam dibawah pimpinan
Shalahuddin Al-Ayyubi berperilaku jauh lebih mulia dan beradab daripada
Kristen ketika merebut Yerusalem kembali. Benar-benar bertolak belakang
sekali memang antara Islam dengan Kristen itu. Sikap Salahuddin ini
menambah harum namanya, baik di mata lawan maupun kawan.
4. Tahun 1456. Pertempuran Belgrade
1456, 80.000 orang Turki dibunuh oleh orang-orang Kristen. Sampai disini
saja entah sudah berapa banyaknya nyawa umat manusia yang telah
dihabisi oleh orang Kristen. Umat Yahudi disembelih, umat Islam
dibantai, bahkan umat seimanpun dihabisi juga oleh Kristen.Kekejaman dan
kebiadaban Kristen memang terlalu spektakuler, mungkin sudah menjadi
darah daging mereka untuk menghabisi nyawa orang. Buktinya jumlah
manusia yang telah dibunuh oleh orang Kristen berkali-kali lipat lebih
banyak daripada perbuatan sejenis yang dilakukan oleh umat Islam dan
agama lainnya.
5. 3 Juni 1502, terjadilah pembunuhan
massal di Kalikut, sebuah kota pelabuhan di selatan India yang menjadi
pusat perdagangan abad ke-16.
Pembunuhan massal yang terjadi atas para
pedagang Arab itu dilakukan oleh Vasco Da Gama seorang pelaut Portugis
dan pasukannya. Awalnya, Vasco da Gama atas perintah raja Manuel dari
Portugal,melakukan ekspedisi laut untuk mencapai India, salah satu
tujuannya adalah untuk mencari rempah-rempah. Ekspedisi ini menggunakan
empat kapal dengan 160 tentara dan pelaut. Mereka mengangkat sauh dari
pelabuhan Lisabon tanggal 8 Juli 1497 dan tiba di pelabuhan Calicut pada
tanggal 22 Mei 1498. Sebagaimana imperialis Barat lainnya, Vasco da
Gama dengan segera mengklaim Calicut sebagai wilayah dagangnya dan
timbullah pertentangan dengan para pedagang Arab. Akhirnya, Vasco da
Gama memerintahkan pasukannya untuk membunuh massal para pedagang Arab
yang berjumlah 800 orang tersebut. Calicut kini telah beralih nama
menjadi Kozhikode
6. 8 Mei 1621, 14.000 orang di pulau
Banda, Maluku dibantai Kristen Belanda. Contoh kongkrit bisa dilacak
lewat bukti lembaran sejarah pembantaian bangsa Banda pada tanggal 8 Mei
1621, yang menelan hampir seluruh jumlah penduduk pulau Banda sebanyak
14.000 orang. Penduduk asli Banda tiada tersisa (Willard A. Hanna;
Indonesian Banda Colonialism and its aftermath in the nutmeg island).
7. Tahun 1808-1811. Untuk memperkuat
pertahanan di Pulau Jawa, Gubernur Jendral Herman William Daendels
memerintahkan pembuatan jalan raya dengan kerja paksa (kerja rodi).
Jalan itu sangat panjang, 1000 km terbentang dari Anyer sampai
Panarukan. Si Kristen bengis Daendels MEMAKSA rakyat Indonesia untuk
mengerjakan pembuatan jalan raya tersebut tanpa diberi upah. Ribuan
rakyat Indonesia mati menjadi korban dalam pembuatan jalan tersebut.
8. Tanggal 4 Maret tahun 1823, pasukan
Yunani dalam era peperangan melawan tentara Imperium Ottoman, melakukan
pembunuhan massal terhadap 12 RIBU MUSLIM di kota Tripolitza. Tentara
Yunani dalam pertempuran itu mendapatkan dukungan dari beberapa negara
Eropa.
9. Pada tahun 1830, Van Der Cappelen
digantikan oleh Van Den Bosch sebagai Gubernur Jendral di Hindia
Belanda. Ia diberi tugas untuk mengisi kas keuangan Belanda yang kosong.
Setelah memeras otak beberapa lama, Van Den Bosch menemukan suatu cara.
Ia memberlakukan kebijakan Cultur Stelsel atau Tanam Paksa. Tanam paksa
menimbulkan penderitaan rakyat yang amat menyedihkan. Beban rakyat
semakin berat. Hasil pertanian pun semakin turun.
Rakyat mengalami kelaparan. Banyak
rakyat Indonesia yang mati kelaparan, gara-gara penindasan Kristen
biadab. Sebaliknya, sistem tanam paksa ini menguntungkan Kristen
Belanda. Kas negara Belanda yang tadinya kosong, kini terisi kembali.
Hasil tanam paksa diangkut seluruhnya ke Belanda. Kemudian, hasil
tersebut digunakan untuk membangun negeri Belanda.
10. 10 November 1945, kekejaman penjajah
Inggris di Surabaya. Pada bulan November 1945 terjadi perang yang amat
sengit antara tentara Inggris dengan pasukan Indonesia yang
mempertahankan pelabuhan dan kota Surabaya. Sekitar dua minggu pasukan
Indonesia yang sebagian besar hanya bersenjatakan senapan dan bambu
runcing melawan tentara Inggeris yang bersenjata lengkap dan modern
dengan dibantu kapal-kapal altileri, angkatan udara dan tank-tank.
Peristiwa pemboman atas kota Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang
dilakukan oleh Angkatan Perang Kerajaan Inggris, di mana diperkirakan
telah jatuh korban sekitar 30.000 orang Indonesia tewas (beberapa pihak
menyebutkan "hanya" 12.000 korban tewas), yang banyak diantara korbannya
adalah para orangtua, wanita dan anak-anak ... adalah Crimes against
humanity!
Pada tanggal 10 November 1945 di kota
Surabaya, ibukota propinsi Jawa Timur Indonesia, dengan dalih: kematian
Brigjen Mallaby, rakyat dan pemuda menghalangi perlucutan tentara Jepang
oleh Sekutu, rakyat dan pemuda tidak mau menyerahkan tawanan Jepang dan
senjatanya kepada Sekutu, pada tanggal 10 Nopember 1945 kota Surabaya
dibombardir oleh kapal-kapal Sekutu dari laut dan pesawat-pesawat tempur
mereka dari udara.Ribuan rumah di kota Surabaya hancur dan ribuan mayat
bergelimpangan di mana-mana, berhari-hari Sekutu melakukan serangan
tersebut dengan kejam tanpa pertimbangan perikemanusiaan sama sekali.
Tujuan mereka supaya rakyat dan pemuda minta ampun dan menyerah kepada
Sekutu (;Kristen Inggris).
Tetapi rakyat dan pemuda Surabaya dan
satuan-satuan bersenjata lainnya yang pantang menyerah dan pantang minta
ampun, makin menguatkan tekad dan semangat untuk meneruskan perlawanan
bersenjata terhadap siapa saja yang akan memaksakan kembalinya
penjajahan di Indonesia.
Perlawanan yang gagah berani, pantang
menyerah dan dengan semangat berkobar-kobar dari kaum patriot Indonesia
untuk membela tanah airnya melawan agresor di Surabaya itu membangkitkan
semangat perlawanan patriot Indonesia lainnya di seluruh Indonesia.Atas
dasar ideologi dan semangat rakyat dan pemuda Surabaya yang pantang
menyerah itulah maka tanggal 10 Nopember dijadikan "Hari Pahlawan" di
Indonesia.
Dalam pertempuran Surabaya melawan
pasukan Inggris pada bulan November 1945 ini, tidak sedikit peranan
pemuda-pemuda Tionghoa dan Arab yang ikut berjuang, bahu membahu melawan
penyerbuan Kristen Inggris. Berkenaan dengan pertempuran Surabaya, pada
tanggal 12 November 1945, Bung Karno mengucapkan pidato antara lain
"Ratusan orang Tionghoa dan Arab yang
tidak bersalah dan suka damai, yang datang di negeri ini untuk
berdagang, terbunuh dan luka-luka berat. Kurban di pihak Indonesia lebih
banyak lagi. Saya protes keras terhadap pemakaian senjata modern, yang
ditujukan kepada penduduk kota yang tidak sanggup mempertahankan diri
untuk melawan".
11. 5 Juli 1962, setelah berjuang selama
bertahun-tahun dan mengorbankan sekitar satu juta syuhada, rakyat
muslim Aljazair akhirnya berhasil meraih kemerdekaan mereka. Pada tahun
1830, Prancis datang menyerang Aljazair dengan tujuan menjadikan negara
itu sebagai wilayah jajahannya, namun mendapat perlawanan keras dari
bangsa Aljazair. Salah satu pejuang kemerdekaan Aljazair yang terkemuka
adalah Amir Abdul Qadir Aljazairi sejak tahun 1932. Pada 18 Februari
1834, tentara Prancis mengalami kekalahan telak melawan pasukan Amir
Abdul Qadir Aljazairy. Sepertiga tentara Prancis tewas dalam pertempuran
itu dan setengah dari tentara yang masih hidup menjadi tawanan perang.
Kristen kolonialis Prancis yang baru
pertama kalinya mengalami kekalahan besar di Afrika, menawarkan
perdamaian. Namun, pemimpin perjuangan rakyat Aljazair, Amir Abdul Qadir
Aljazairy itu menolak tawaran damai itu dan meneruskan perjuangannya
sehingga hampir seluruh kawasan Aljazair berhasil dibebaskan. Namun pada
tahun 1836, tentara Prancis kembali mengalahkan pasukan Abdul
Qadir.Pada tanggal 18 November 1839, dimulailah periode kedua perjuangan
rakyat Aljazair melawan penjajahan Prancis. Dalam perang ini, Kristen
Prancis menambah pasukannya dalam jumlah besar dan menggunakan strategi
penghancuran terhadap basis-basis militer Abdul Qadir.
Selain itu, tentara Prancis juga membuat
rakyat kelaparan dengan cara menghancurkan ladang, kebun buah, dan
hewan ternak. Akhirnya, Amir Abdul Qadir terpaksa menyerah pada tahun
1847 dan dipenjarakan di Prancis. Dengan kekalahan tersebut, Prancis pun
berkuasa penuh atas Aljazair.
Dengan leluasa, Prancis menguras hasil
bumi negara ini dan menindas rakyat Aljazair.Sekitar satu abad kemudian,
setelah Perang Dunia Kedua, sekali lagi rakyat Aljazair memulai
perjuangannya melawan penjajahan Prancis. Pada tanggal 31 Juli 1962,
barulah Aljazair meraih kemerdekaannya.
12. 19 Juni 1971. Sekitar 70 orang Moro,
baik laki-laki, wanita dan anak-anak tanpa ampun dibantai oleh kelompok
Ilaga Movement yang dibacking orang-orang Katolik Biadab dari Militer
Filipina pada salah satu
masjid di Barrio Manili, Carmen Cotabato
Utara. Peristiwa yang kemudian dikenal dengan Pembantaian Manili ini,
membuktikan bahwa peperangan antara bangsa Moro melawan Filipina adalah
konflik religius. Yaitu kebencian mendalam Katolik Filipina terhadap
agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk di Mindanao Selatan.
Sampai detik ini total lebih dari 30 ribu muslim di Filipina yang tewas
menjadi korban kekejaman pemerintah Filipina.
13. Tahun 1982. Pada tanggal 17
September 1982, terjadi pembunuhan massal terhadap warga sipil Palestina
yang menghuni kamp penampungan Shabra dan Shatila di Lebanon oleh
kelompok Phalang/Kristen dari Tentara Lebanon Selatan (SLA) yang
didukung oleh tentara Zionis Israel.
Dengan persetujuan Menachem Begin,
Perdana Menteri Israel dan atas perintah Ariel Sharon, Menteri Perang
Israel pada waktu itu, pada dini hari tanggal 17 September, tentara
Zionis mengepung kamp pengungsi Shabra dan Shatila. Lalu, kelompok
Phalang memasuki kamp tersebut dan memperkosa serta membunuh warga sipil
Palestina yang umumnya wanita, anak-anak, dan orang tua. Pembunuhan
massal ini berlangsung selama 40 jam dan 3300 orang telah terbunuh.
14. 14-15 April 1986. Selama dua hari
Kristen AS atas perintah Presiden Ronald Reagan, -yang sudah mampus dan
sedang dalam perjalanan menuju neraka jahannam- mengebom Tripoli dan
Benghazi, kota-kota terpenting di Libya, yang menewaskan seratus orang
menurut pers barat dan enam puluh orang menurut laporan resmi Libya,
sebagian besar penduduk sipil. Tujuan Kristen biadab AS melakukan
pengeboman itu adalah untuk membunuh Presiden Libya yang berdaulat,
Kolonel Muammar Qaddhafy, namun hasilnya ternyata meleset. Qaddhafy
selamat, namun salah seorang anak tirinya yang tidak bersalah berhasil
dimampuskan oleh Kristen biadab AS. Saudara perempuan satu-satunya bocah
cilik tersebut telah terbunuh akibat pemboman Kristen AS.
15. Berbagai pembantaian Kristen
terhadap Umat Islam terjadi dimana-mana hingga saat ini, negara-negara
Muslim di fitnah dan penduduknya di bunuh mulai dari Irak, Palestina,
Libya, Chechya, Filipina, Pakistan, Afganistan, Libanon, Maroko, Turki
hingga Indonesia.... sampai saat ini.
th 2010 Sedikitnya 500 Orang Kristen
Nigeria Membantai Muslim di Kota Jos Kekerasan sektarian di Nigeria
kembali berlanjut, di mana lebih dari 500 orang dari desa-desa Kristen
di akhir pekan lalu – dibawah dukungan kelompok militan Kristen –
melakukan penyerangan terhadap umat Islam Nigeria, kata pihak berwenang
pada hari Senin kemarin (8/3).
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini