Sahabat...
kenanganmu selalu ku ingat,
dulu, tawamu selalu mengisi kehampaan ini, ceriamu membuat hidupku lebih berarti.
ketika melati enggan mengembang, kulihat senyummu menggulum lesu, dalam gelap, ku panjatkan do'a, dalam mimpi, kuciptakan asa.
lalu, kau berkata...
designkan aku sebentuk hati, untukku bernaung dan menguas ruang hatimu, kau mengajarkanku melukis wajah, wajah seorang primadona sekolah...
karena aku pernah mencintainya, dan engkau sahabat...
mencoba membantuku untuk mengatakan cintaku dengan lukisan.
Jelaskan kepadaku komposisi warna cintamu, biar aku kombinasikan dengan segenap kemesraanku, yang kini terluap bersama expresi cinta sejatiku. Hanya untuk segurat wajah indahmu.
dan engkau Sahabat...,
kau juga mengajarkanku berpuisi..
akupun bisa berpuisi untuk mengenang keabadian yang akan datang, memutih nafas jalan yang busuk, bercinta, bernyanyi, menangis, dan berdo'a.
tapi,
dengan ini sahabatku,
kau telah meninggalkanku untuk selamanya.
aku masih ingat dengan puisimu Sahabat.
kalau kau sebenarnya ingin belum mati, kau masih ingin bersembunyi di balik punggung ilusi dan mimpi yang mungkin tak akan pernah berhenti sampai jasadmu tertelan bumi.
ku teringat puisi jauh sebelum jamanku ini, yang andai tak ada dunia setelah mati, mungkin aku sudah lama mati tak disini.
kenanganmu selalu ku ingat,
dulu, tawamu selalu mengisi kehampaan ini, ceriamu membuat hidupku lebih berarti.
ketika melati enggan mengembang, kulihat senyummu menggulum lesu, dalam gelap, ku panjatkan do'a, dalam mimpi, kuciptakan asa.
lalu, kau berkata...
designkan aku sebentuk hati, untukku bernaung dan menguas ruang hatimu, kau mengajarkanku melukis wajah, wajah seorang primadona sekolah...
karena aku pernah mencintainya, dan engkau sahabat...
mencoba membantuku untuk mengatakan cintaku dengan lukisan.
Jelaskan kepadaku komposisi warna cintamu, biar aku kombinasikan dengan segenap kemesraanku, yang kini terluap bersama expresi cinta sejatiku. Hanya untuk segurat wajah indahmu.
dan engkau Sahabat...,
kau juga mengajarkanku berpuisi..
akupun bisa berpuisi untuk mengenang keabadian yang akan datang, memutih nafas jalan yang busuk, bercinta, bernyanyi, menangis, dan berdo'a.
tapi,
dengan ini sahabatku,
kau telah meninggalkanku untuk selamanya.
aku masih ingat dengan puisimu Sahabat.
kalau kau sebenarnya ingin belum mati, kau masih ingin bersembunyi di balik punggung ilusi dan mimpi yang mungkin tak akan pernah berhenti sampai jasadmu tertelan bumi.
ku teringat puisi jauh sebelum jamanku ini, yang andai tak ada dunia setelah mati, mungkin aku sudah lama mati tak disini.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini