Kita mengetahui bahwa manusia dan makhluk yang lain akan dibangkitkan
pada hari kiamat, dihisab amalannya, dan kemudian dimasukkan ke surga
dan neraka. Semua itu terjadi nanti setelah kiamat di akhir zaman.
Namun, di dalam hadits shahih mengenai Isra’ Mi’raj, kita temui kisah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melihat berbagai pemandangan
penduduk surga dan neraka. Maka timbul pertanyaan, apakah sekarang ada
penghuni neraka dan surga sebagaimana yang dilihat oleh Rasulullah dalam
berbagai hadits terebut?
Tim Pusat Konsultasi Syariah dalam menjawab pertanyaan tersebut menyebutkan beberapa kaidah yang perlu disepakati terlebih dulu sebagai berikut:
- Bahwa sumber sumber aqidah Islam adalah Al Quran dan As Sunnah. Al Quran adalah kalam Allah yang tingkat kebenarannya 100%. As Sunnah pun memiliki tingkat kebenaran yang sama 100% meski dengan pengecualian bila derajatnya dhaif. Sedangkan hadits hadits itu baik yang mutawatir maupun ahad adalah hadits yang tingkat kebenarannya mencapai tingkat 100%. Ini adalah pemahaman yang telah dipegang oleh para ulama sepanjang zaman.
- Bahwa kita wajib mempercayai dan meyakini sepenuhnya informasi yang ada dalam Al Quran dan As Sunnah itu, apalagi berkaitan dengan hal yang ghaib. Karena ukuran dan cara memandang masalah yang ghaib itu jelas berbeda dengan dunia yang nyata. Secara logika dan nalar, akal kita bisa menerima bahwa disisi lain dari segala yang nyata dan empiris ini, ada hal hal yang non empiris dimana logika dan hukum fisika tidak lagi berlaku disana.
- Dan bila telah memasuki permasalahan ghaib, informasi dari Al Quran dan As Sunnah menjadi pemandu utama. Meski akal sehat barangkali kurang mampu mencernanya karena memang bukan tugas akal, bukan berarti Al Quran dan As Sunnah yang diingkari. Tetapi akal lah yang harus mengalah. Banyak sekali fenomena di alam nyata dimana ilmu pengetahuan tidak sanggup memahaminya. Padahal dimensinya masih sama, yaitu benda benda empiris. Seperti pertanyaan: “Kekuatan apa yang menggerakkan alam ini dan kenapa semua berjalan sedemikian teratur dan kompak?” Iptek masih berenang di dunia ketidak pastian.
- Karena itu apapun yang diinformasikan oleh Al Quran dan As Sunnah sudah pasti benarnya, absolut dan mutlaq. Mengingkari salah satu isinya sama saja mengingkari semuanya. Namun jangan belenggu Al Quran dan As Sunnah dengan pemahaman dan wawasan sesaat yang sedang berkembang pada suatu tempat dan waktu. Jadi bila ada ayat yang sepintas menjelaskan bahwa bumi itu dihamparkan, jangan lantas mengambil kesimpulan bahwa bumi itu rata seperti meja. Karena bumi rata seperti meja adalah iptek maksimal di zamannya yang kemudian berubah dan berkembang.
- Sehingga yang paling bijaksana adalah tidak mengingkari teks Al Quran dan As Sunnah, sedangkan relevansinya dengan tingkat iptek pada waktu tertentu relatif tergantung pada level dan kemampuan suatu peradaban untuk memahaminya.
Dengan kelima prinsip diatas, mari kita melihat pertanyaan tentang ini dengan cermat.
- Hadits yang menjelaskan peristiwa Isra‘ Mi‘Raj Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan juga berkaitan dengan bertemunya beliau dengan para nabi yang lain di dalam surga adalah hadits hadits yang kuat derajatnya sehingga bisa diterima.
- Selama dalil itu shahih, kita diharamkan menolak dan mengingkarinya. Kalau pun kurang bisa dipahami logikanya, itu tidak lain karena lingkup iptek kita masih terbatas saat ini.
- Surga dan Neraka telah lama diciptakan dan banyak sekali nash dalam Al Quran dan As Sunnah yang menjelaskan bahwa si fulan saat ini ada di surga atau di neraka. Termasuk hadits yang memjelaskan bahwa siapa yang membangun masjid di dunia ini, maka Allah membangunkan baginya rumah di surga (saat ini juga).
Sedangkan surga yang mana, bagaimana, dimana dan semua pertanyaan
yang bersifat teknis, tidak ada informasi yang rinci dalam dalil dalil
itu. Jadi apa yang ada kita imani dan apa yang tidak ada informasi apa
apa di dalamnya, tidak perlu diperdebatkan.
Karena memperdebatkan sesuatu yang ghaib adalah pekerjaan bodoh
seperti sekumpulan semut berdebat soal dimana matahari beristirahat di
waktu malam dan dimana istirahatnya bulan dan bintang pada siang hari?
Semut semut itu bahwa tidak tahu bahwa matahari adalah bola gas pijar
yang selalu mengalami reaksi nuklir dan seterusnya. Iptek para semut itu
terlalu dangkal untuk bisa memahami hakikat semua itu.
Jangan jangan kita ini pun juga sekumpulan semut semut yang berdebat
tentang hal yang dimensi logika manusia takkan mampu memahaminya.
Wallahu a‘lam bish shawab.
Sementara tim Asy Syariah menjawab pertanyaan serupa dengan menyebutkan beberapa dalil adanya penghuni surga dan neraka:
Dari ‘Imran bin Husain dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
“Aku mendatangi, surga maka kulihat kebanyakan penduduknya adalah
para faqir dan aku mendatangi neraka maka aku lihat kebanyakan
penduduknya para wanita”. (HR. Al Bukhari no. 3002 dan Muslim no. 4920
dari Ibnu Abbas)
Hadits ini diberikan judul bab oleh Imam Al Bukhari: Bab keterangan
tentang sifat surga dan bahwasanya dia telah tercipta. Maka ini
menunjukkan bahwa Al Bukhari memahami kalau apa yang dilihat oleh Nabi
alaihishshalatu wassalam adalah kejadian ketika itu, bukan kejadian
yang akan datang setelah hari kiamat atau sekedar penggambaran semata.
Demikian pula Imam Ahmad berdalil dengan hadits semacam ini untuk
menunjukkan bahwa surga dan neraka sudah ada sekarang, sebagaimana yang
beliau sebutkan dalam Ushul As Sunnah.
Juga di antara dalil yang menguatkan hal ini adalah bahwa roh para
syuhada sudah berada di dalam surga dan juga Nabi alaihishshalatu
wassalam pernah melihat Amr bin Luhai orang yang pertama kali
memasukkan penyembahan berhala ke Jazirah Arab sedang menyeret ususnya
di neraka. (HR. Al Bukhari no. 1136 dan Muslim no. 5096)
Dan dalam Shahih Al Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 4408 bahwa beliau
bertanya tentang pemilik istana di dalam surga, maka ada seorang wanita
dalam riwayat Muslim: Ada sekelompok orang yang menjawab bahwa itu
miliknya Umar. Maka ini juga menunjukkan surga sudah dihuni.
Jika ada yang mengatakan: Bukankah manusia nanti akan masuk surga dan
neraka setelah melewati hisab dan sirath, sementara hisab dan shirath
hanya ada setelah hari kiamat?
Maka kami katakan: Wallahu a’lam, ini termasuk perkara ghaib yang kita tidak punya ilmu padanya. Kami menetapkan apa yang ditetapkan oleh syariat dan menafikan apa yang dinafikan oleh syariat. Wallahul muwaffiq.
Sementara Ustadz Dzulqarnain As Salafi menyatakan bahwa masalah ini
memang ada perbedaan pendapat di kalangan ahlussunnah, ada yang
menetapkan, ada yang menafikan, dan ada juga yang tidak senang
menyinggung masalah ini. Dan beliau sendiri memilih pendapat yang
terakhir yaitu tidak menyinggung masalah ini.
Syaikh Ubaid Al Jabiri menyatakan bahwa kewajiban atas seorang
muslhm, jika telah sampai kepadanya sebuah hadits yang shahih dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah beriman dengannya, membenarkan dan
menerimanya, baik dia memahami maknanya atau tidak.
Kemudian jika dia mendapatkan jalan untuk memahami maknanya, baik
dengan nash hadits yang lain atau dengan penafsiran seorang shahabat
atau dengan ijma’ para imam yang terpercaya dari ahli agama yang benar
dari ulama Islam dan Sunnah, maka hendaknya dia memuji Allah yang telah
memberikan petunjuk kepadanya untuk memahami hal-hal masih belum jelas
dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Jika dia tidak mendapatkan keterangannya, maka wajib atasnya untuk
menempuh jalan para ulama yang kokoh keilmuannya, yang telah Allah
meninggikan penyebutan mereka di dalam firman-Nya,
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman dengannya, semuanya itu dari sisi Rabb kami’.” (Ali Imran: 7)
Jika engkau memahami hal ini, maka hadits-hadits yang telah engkau
sebutkan dan yang serupa dengannya yang menyebutkan tentang nikmat dan
adzab, menurutku dapat dilihat pada dua sisi:
Pertama, maknanya adalah sebagaimana yang
ditunjukkan oleh hadits, yaitu terdapat penduduk dunia yang berada di
surga dan neraka (sekarang ini).
Kedua, keadaan-keadaan yang diberitakan oleh (Nabi)
Ash Shadiqal Mashduq shallallahu ‘alaihi wasallam ini adalah tentang
keadaan alam barzakh. Allah menunjukkan kepada beliau tentang keadaan
mereka. Seorang hamba akan mendapatkan nikmat atau adzab di alam
kuburnya, sebagaimana telah mutawatir beritanya dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Sisi kedua inilah yang jiwaku condong kepadanya dan
hatiku tenang dengannya. Dan ilmunya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sementara, Ustadz Ahmad Faris BQ, dalam jawabannya atas pernyataan
serupa menyatakan bahwa bagi makhluk, memang dibatasi dimensi waktu dan
ruang, tetapi bagi Allah tidak dibatasi oleh dimensi waktu dan ruang.
Sehingga menurut beliau, saat ini penghuni surga dan neraka memang ada
berdasarkan zhahir lafazh-lafazh hadits yang ada.
{ 1 komentar... read them below or add one }
Ketika Sang Pencipta, belum menciptakan apa-apa. Dia adalah pribadi yang Maha Bahagia, kemudian kebahagiaan yang dimiliki-Nya dibagikan kepada Ciptaan-Nya ditempat kediaman-Nya di Surga. Ciptaan pertamanya adalah para Malaikat yang berwujud Roh.Jadi Surga adalah rumah ALLah dan para Malaikat yang sama-sama berwujud Roh. Menjawab pertanyaan , Siapakah penghuni Surga ? Jawabannya sudah jelas.
Pertanyaan berikut, Siapakah penghuni Neraka ? Tentu kita harus sepakat dulu tentang difinisi Neraka,jika Neraka konotasinya tempat siksaan,siapakah yang mau disiksa?Jika Allah membuat Neraka seperti itu, tempat siksaan kekal selama-lamapnya, harus ada pribadi-pribadi yang juga harus kekal selama-lamanya agar bisa disiksa. Bukankah Allah tidak menciptakan makluk seperti Dia sendiri kekal-abadi selama-lamanya ? Ya hukuman yang paling berat adalah kematian atau mati, atau binasa.Bukankah hidup itu Karunia ? Apakah Karunia dapat disiksa ?
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini