REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Ruslan/ Laporan dari Makkah
‘’Haji… Multazam… Multazam,’’ teriak seorang Askar sambil mengangkat tangan tanda berdoa.
Sang askar menyuruh saya dan dua kawan lainnya agar berdoa di Multazam dan tak berlama-lama berdoa di dekat Maqam Ibrahim.
Diam terlalu lama di sekitar Maqam Ibrahim memang akan menghambat laju jamaah yang sedang thawaf.
Apalagi, Ahad (23/9) malam itu, jumlah jamaah yang ber-thawaf -- memutari Ka’bah -- kian meluber. Saya dan dua kawan segera merapat dan mencari tempat untuk berdoa di Multazam.
‘’Multazam adalah tempat yang paling mustajab untuk berdoa,’’ ujar Ustaz Bukhari Muslim, seorang pembimbing haji, kepada saya dan kawan-kawan wartawan dalam sebuah diskusi di Gedung Misi Haji Indonesia, Makkah.
Multazam adalah dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah disebut sebagai Multazam. Menurut Atiq bin Ghaits Al-Biladi dalam Fadhail Makkah wa Hurmat al-Bayt al-Haram, panjang antara pintu Ka’bah dengan hajar aswad sekitar empat hasta.
Inilah tempat yang paling diburu jamaah haji dan umrah setelah mengerjakan thawaf. Saat sekeliling Ka’bah dipenuhi jamaah, tak mudah untuk mencapai Multazam.
Setiap orang berusaha untuk mencapai tempat yang mustajab itu. Jamaah haji dan umrah pun berdoa dengan penuh kekhusyukan. Bersimpuh memohon ampunan dan memanjatkan berbagai harapan kepada Sang Khalik.
Selain bersimpuh dan berdoa di Multazam, jamaah pun berlomba menggapai pintu Ka’bah. Mereka memeluk rumah Allah SWT itu sambil memanjatkan doa. Ada pula yang menangis, bahkan tak sedikit yang histeris.
Setiap orang berlomba mencapai Multazam karena Rasulullah SAW pernah bersabda, “Antara rukun Hajar Aswad dan pintu Ka’bah terdapat Multazam. Tidak seorang pun hamba Allah SWT yang berdoa di tempat ini, kecuali dikabulkan doanya.”
Saking spesialnya tempat ini, Rasulullah SAW sempat mendekapkan wajah dan dadanya di Multazam sambil memanjatkan doa. Kisah itu tercantum dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu Majah.
Amru bin Syu’aib menceritakan dari ayahnya, ‘’Aku pernah melakukan thawaf bersama Abdullah bin Amr bin Ash, dan ketika kami sampai ke belakang Ka’bah, aku berkata, ‘Tidakkah engkau memohon perlindungan kepada Allah dari api neraka?’ Abdullah lalu mengucapkan, ‘Aku berlindung kepada Allah dari api neraka’.’’
‘’Kemudian dia berlalu dan menyentuh hajar aswad, selanjutnya dia berdiri antara hijir Ismail dan pintu, lalu mendekatkan dada, kedua tangan dan pipinya kepada rukun itu, kemudian dia berkata, ‘beginilah aku melihat Rasulullah SAW melakukannya.’’
Menurut Atiq, Multazam juga menjadi tempat yang dipilih Rasulullah SAW untuk menunaikan shalat. Seorang Quraisy pernah mendengar Saib bertanya, ‘’Dimanakah engkau melihat Rasulullah SAW melakukan shalat? Lalu dia menunjuk ke Ka’bah, dekat rukun (sudut) yang sebelah kiri, yang termasuk di dalamnya hijir Ismail, kira-kira empat atau lima hasta.’’
Rasulullah SAW juga pernah memanjatkan doa khusus di Multazam, ''Ya Allah yang memelihara Al Bait al Atieq (Ka'bah) merdekakanlah kami, bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, saudara-saudara kami dan anak-anak kami dari belenggu api neraka Wahai Yang Mahamurah, Yang Mahamulia, Yang Mahautama, Yang Maha Pengarunia, Yang Maha Pemberi Kebakan. Ya Allah jadikanlah segala urusan kami mendatangkan kebajikan, jauh dari segala kehinaan dunia dan siksa akhirat.''
''Ya Allah, aku ini hamba-Mu dan anak hamba-mu yang sedang berdiri di bawah rumah-mu di Multazam, aku menghadap dan bersimpuh di hadapan-Mu. Aku mengharapkan rahmat-Mu, takut akan siksa-Mu, wahai Pemberi Kebajikan. Ya Allah aku memohon kepada-Mu terimalah zikir-ku (pada-Mu), hilangkanlah dosa-dosaku, lancarkanlah urusanku sucikanlah hatiku, sinarilah kuburku, ampunilah dosaku dan aku mohon pada-Mu berikanlah derajat tinggi di surga.'' (HR Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali).
Nabi Adam AS pun pernah memanjatkan doa khusus di Multazam. Menurut Abdullah bin Abi Sulaiman – maula bani Makhzum – ketika Adam diturunkan dia ber-thawaf di Baitullah sebanyak tujuh putaran. Lalu shalat dua rakaat di hadapan pintu Ka’bah.
Lalu, Adam mendatangi Multazam dan berdoa, ‘’Ya Allah engkau mengetahui rahasia dan terang-teranganku, maka terimalah permohonan maafku. Engkau mengetahui apa-apa yang ada dalam jiwaku, maka ampunilah dosa-dosaku. Engkau mengetahui kebutuhanku, maka berikanlah permintaanku…’’ Menurut riwayat itu, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Adam AS itu.
Berada di Multazam sungguh terasa sangat nikmat. Pesona Multazam bagai magnet yang menarik setiap jamaah yang telah menyelesaikan thawaf untuk mendekatinya.
Rasanya tak mau sedikitpun bergeser dari tempat yang mustajab ini. Namun, gelombang jamaah yang berlomba mendekati Multazam membuat saya harus rela meninggalkan tempat itu. Dan memandangnya dengan penuh kerinduan untuk kembali bersimpuh di tempat spesial itu.
‘’Haji… Multazam… Multazam,’’ teriak seorang Askar sambil mengangkat tangan tanda berdoa.
Sang askar menyuruh saya dan dua kawan lainnya agar berdoa di Multazam dan tak berlama-lama berdoa di dekat Maqam Ibrahim.
Diam terlalu lama di sekitar Maqam Ibrahim memang akan menghambat laju jamaah yang sedang thawaf.
Apalagi, Ahad (23/9) malam itu, jumlah jamaah yang ber-thawaf -- memutari Ka’bah -- kian meluber. Saya dan dua kawan segera merapat dan mencari tempat untuk berdoa di Multazam.
‘’Multazam adalah tempat yang paling mustajab untuk berdoa,’’ ujar Ustaz Bukhari Muslim, seorang pembimbing haji, kepada saya dan kawan-kawan wartawan dalam sebuah diskusi di Gedung Misi Haji Indonesia, Makkah.
Multazam adalah dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah disebut sebagai Multazam. Menurut Atiq bin Ghaits Al-Biladi dalam Fadhail Makkah wa Hurmat al-Bayt al-Haram, panjang antara pintu Ka’bah dengan hajar aswad sekitar empat hasta.
Inilah tempat yang paling diburu jamaah haji dan umrah setelah mengerjakan thawaf. Saat sekeliling Ka’bah dipenuhi jamaah, tak mudah untuk mencapai Multazam.
Setiap orang berusaha untuk mencapai tempat yang mustajab itu. Jamaah haji dan umrah pun berdoa dengan penuh kekhusyukan. Bersimpuh memohon ampunan dan memanjatkan berbagai harapan kepada Sang Khalik.
Selain bersimpuh dan berdoa di Multazam, jamaah pun berlomba menggapai pintu Ka’bah. Mereka memeluk rumah Allah SWT itu sambil memanjatkan doa. Ada pula yang menangis, bahkan tak sedikit yang histeris.
Setiap orang berlomba mencapai Multazam karena Rasulullah SAW pernah bersabda, “Antara rukun Hajar Aswad dan pintu Ka’bah terdapat Multazam. Tidak seorang pun hamba Allah SWT yang berdoa di tempat ini, kecuali dikabulkan doanya.”
Saking spesialnya tempat ini, Rasulullah SAW sempat mendekapkan wajah dan dadanya di Multazam sambil memanjatkan doa. Kisah itu tercantum dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu Majah.
Amru bin Syu’aib menceritakan dari ayahnya, ‘’Aku pernah melakukan thawaf bersama Abdullah bin Amr bin Ash, dan ketika kami sampai ke belakang Ka’bah, aku berkata, ‘Tidakkah engkau memohon perlindungan kepada Allah dari api neraka?’ Abdullah lalu mengucapkan, ‘Aku berlindung kepada Allah dari api neraka’.’’
‘’Kemudian dia berlalu dan menyentuh hajar aswad, selanjutnya dia berdiri antara hijir Ismail dan pintu, lalu mendekatkan dada, kedua tangan dan pipinya kepada rukun itu, kemudian dia berkata, ‘beginilah aku melihat Rasulullah SAW melakukannya.’’
Menurut Atiq, Multazam juga menjadi tempat yang dipilih Rasulullah SAW untuk menunaikan shalat. Seorang Quraisy pernah mendengar Saib bertanya, ‘’Dimanakah engkau melihat Rasulullah SAW melakukan shalat? Lalu dia menunjuk ke Ka’bah, dekat rukun (sudut) yang sebelah kiri, yang termasuk di dalamnya hijir Ismail, kira-kira empat atau lima hasta.’’
Rasulullah SAW juga pernah memanjatkan doa khusus di Multazam, ''Ya Allah yang memelihara Al Bait al Atieq (Ka'bah) merdekakanlah kami, bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, saudara-saudara kami dan anak-anak kami dari belenggu api neraka Wahai Yang Mahamurah, Yang Mahamulia, Yang Mahautama, Yang Maha Pengarunia, Yang Maha Pemberi Kebakan. Ya Allah jadikanlah segala urusan kami mendatangkan kebajikan, jauh dari segala kehinaan dunia dan siksa akhirat.''
''Ya Allah, aku ini hamba-Mu dan anak hamba-mu yang sedang berdiri di bawah rumah-mu di Multazam, aku menghadap dan bersimpuh di hadapan-Mu. Aku mengharapkan rahmat-Mu, takut akan siksa-Mu, wahai Pemberi Kebajikan. Ya Allah aku memohon kepada-Mu terimalah zikir-ku (pada-Mu), hilangkanlah dosa-dosaku, lancarkanlah urusanku sucikanlah hatiku, sinarilah kuburku, ampunilah dosaku dan aku mohon pada-Mu berikanlah derajat tinggi di surga.'' (HR Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali).
Nabi Adam AS pun pernah memanjatkan doa khusus di Multazam. Menurut Abdullah bin Abi Sulaiman – maula bani Makhzum – ketika Adam diturunkan dia ber-thawaf di Baitullah sebanyak tujuh putaran. Lalu shalat dua rakaat di hadapan pintu Ka’bah.
Lalu, Adam mendatangi Multazam dan berdoa, ‘’Ya Allah engkau mengetahui rahasia dan terang-teranganku, maka terimalah permohonan maafku. Engkau mengetahui apa-apa yang ada dalam jiwaku, maka ampunilah dosa-dosaku. Engkau mengetahui kebutuhanku, maka berikanlah permintaanku…’’ Menurut riwayat itu, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Adam AS itu.
Berada di Multazam sungguh terasa sangat nikmat. Pesona Multazam bagai magnet yang menarik setiap jamaah yang telah menyelesaikan thawaf untuk mendekatinya.
Rasanya tak mau sedikitpun bergeser dari tempat yang mustajab ini. Namun, gelombang jamaah yang berlomba mendekati Multazam membuat saya harus rela meninggalkan tempat itu. Dan memandangnya dengan penuh kerinduan untuk kembali bersimpuh di tempat spesial itu.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini