Keunikan dan keanehan yang terjadi pada saat perang di PalestinaPosted by Sam MendesShare this post:Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Yahoo Furl Technorati Reddit
Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “potongan” itu “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu.Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.
Di
atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau,
serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para
mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang
didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi
pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom
canggih” buatan Amerika Serikat.
Akan
tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu
membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk,
walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.
Itulah
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para
pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain”
yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para
syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran,
telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan
disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.
kami merangkum kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk para pembaca yang budiman. Selamat mengikuti. ***
Pasukan “Berseragam Putih” di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu
hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah
yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di
jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.
Seluruh
anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak
laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat
diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009),
mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab
dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam.
Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki
malang itu pingsan.
Selama
tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa
para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik
pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu
berseragam putih!”
Cerita
lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade
Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan
lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh
sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari
kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan
kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”
Akan
tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian
putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun
kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di
belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
SuaraTak Bersumber
Ada
lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib
masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah
ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr
Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi
Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang
khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang
telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan
tersebut.
“Saya
telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter
menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan
menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya,
sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau
itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan
tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar
suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di
tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang
sebanyak tiga kali.
“Saya
mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu
kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang
pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang
khatib.
Akhirnya
sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah
tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau
itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung
hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka
harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan
selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita
yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs
alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid,
salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,
“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak
ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang
bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan
asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar
kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita
mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk
rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya
untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami
menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh.
Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok
lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari
mana mereka datang,” jawabnya
Saksi Serdadu Israel
Cerita
tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin
Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri
menyatakan hal serupa.
Situs
al-Qassam memberitakan bahwa TV Chan*nel 10 milik Israel telah
menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran
Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika
saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya
dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata
anggota pasukan ini.
Di
tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan
dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan
munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih
dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami
berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang.
Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu? ***
Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.
Sebuah
kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI
Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat
mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki
mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah
para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang
tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk
menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak
lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana
ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah
berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.
Apa
daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak
mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di
atas ranjau.
Mereka
merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan
itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum,
allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana
engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah
mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba,
ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat
persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.
Setelah
Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut,
para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata
seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana
datangnva ledakan? Wallahu a’lam.
Masih
dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke
salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah
sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin
tak terkendali.
Seorang
dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi
dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan
kekuatan-Mu.”
Maka,
tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis
terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah
memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
Merpati dan Anjing
Seorang
mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin
AlAan (25/1/ 2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang
mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang
melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.
Begitu
merpali itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat
persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat
kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun
selamat.
Adalagi
cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan
situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al
Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul
seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya
memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat
penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing
besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah
seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya,
“Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk
tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan
menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah
itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam.
Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya
beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu
beranjak pergi.
Kabut pun Ikut Membantu
Ada
pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di
kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di
masjid Al Qassam (17/1/2009).
Saat
itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung
oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat
mata-mata terus mengawasi.
Di
saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di
malam itu. Kabut itu lelah menutupi pandangan mata tentara Israel dan
membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.
Kasus
serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al
Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com. la bercerita bagaimana
kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan
serangan.
Awalnya,
pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati
tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa
kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu
Ubaidah.
Tiba-tiba
turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera
bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di
dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat
mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel
yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas
di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu
meledak.
Selamat dengan al-Qur’an
Cerita
ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki
rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika
mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang
tersebut.
Yang
membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung
sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an
yang selalu berada di saku sang pejuang.
Buku
kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja
yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.
Kisah
ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat
Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al
Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).
Dr
Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf
Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang
menahan peluru tersebut.
Abu
Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah
menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu
hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi
mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh
apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami
temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan
tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti
akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah
mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami
kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip
Islam Online (15/1/2009).***
Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah
As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang
menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos
keamanan di Nashirat, Gaza.
Jasad
komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini
“hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari,
ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya.
Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke
rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum
dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com (24/1/2009),
serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah
keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari
ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga
Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang
mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu,
puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau
harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam
sebuah kantong plastik.
Bahkan,
menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka
menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak
memenuhi rungan yang sama.
Cerita
yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al
Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr
Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau
harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau
kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua
Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya
jenazah para syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi
(19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah
mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat
bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa
saya mencium bau harumnya para syuhada.”
Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir
Yasir
Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap
milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir
setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa
bulan lalu.
Sebelumnya,
pemuda yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda
huffadz (para penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para
mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di
pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta
didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung
tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia
telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah
pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.
Walau
sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan
evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih
mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang
sedang tertidur.
Sebelum
syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan
salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan
keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,”
jawabnya.
Kabar
tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar
di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan
khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini
juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
Terbunuh 1.000, Lahir 3.000
Hilang
seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan
kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412
putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari
gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam
Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan
pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di
Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari
2009, ketika Is*rael melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya
1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan
Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding
bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat
di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran.
Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700
kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti
dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus.
Rasio
antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka
kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian
mencapai 5 ribu.
“Israel
sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan
Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak
serta 1.000 wanita mengalami luka-luka.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini