Daun adalah bagian tanaman herbal
yang sering dimanfaatkan. Salah satu di antaranya adalah Jati Belanda.
Khasiat herba ini telah teruji, seperti kemampuannya menekan risiko
diare, mengatasi masalah berat badan, hingga mengontrol laju kolesterol.
Sejak zaman dulu masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di Pulau
Jawa, telah mengenal dan memakai air rebusan daun jati belanda sebagai
bahan baku jamu pelangsing tubuh, biasa disebut galian singset (bahasa
Jawa). Pengalaman sekaligus bukti empiris inilah yang “ditangkap”
perusahaan jamu, sehingga saat ini hampir semua jamu pelangsing selalu
mengambil khasiat daun jati belanda.untuk menjadikan ramuan dapat
dilakukan dengan mengeringkan daunnya. Selanjutnya digiling untuk dibuat
serbuk.
Setelah menjadi serbuk, ambil 20 gram, lalu seduh dengan air panas.
Saring dan minum dua kali sehari. Namun, mereka yang bermasalah dengan
ginjal sebaiknya menghindari herbal kolesterol ini.
Banyak penelitian membuktikan bahwa daun
jati bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Belakangan daun jati
belanda dipercaya memiliki manfaat lebih dari itu, yakni berpotensi
untuk dikembangkan sebagai herba pengontrol kolesterol.
Ternyata pemberian ekstrak daun jati belanda (dalam tiga bentuk
ekstrak air, ekstrak etanol, dan fraksi aktif steroid) berpengaruh
terhadap kadar lipid darah (TPC, trigliserida, LDL, dan HDL). Kadar TPC,
LDL, dan trigliserida pada perlakuan kontrol (tanpa pemberian daun
jati) terlihat sangat tinggi (berbeda nyata) dibandingkan dengan kadar
TPC, LDL, dan trigliserida yang diberi perlakuan daun jati.
Fakta ini menunjukkan adanya penurunan kadar TPC, LDL, dan
trigliserida akibat pemberian daun jati belanda. Persentase penurunan
kadar TPC tertinggi terjadi dalam pemberian daun jati belanda pada
perlakuan ekstrak etanol (62 persen), diikuti perlakuan ekstrak air (55
persen), dan fraksi aktif steroid (36 persen).
Naikkan HDL Pemberian ekstrak daun jati belanda juga berdampak pada
peningkatan HDL. HDL dapat menurunkan kadar kolesterol dalam sel dengan
cara mengambil kelebihan kolesterol dari jaringan untuk kemudian
diproses di hati lalu dibuang bersama cairan empedu.
Gan (1987) menyebutkan, HDL memiliki efek protektif terhadap pembuluh
darah jantung. Lebih lanjut, dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa daun jati belanda terbukti mampu menurunkan kadar lipid darah. Ini
berarti daun jati belanda bisa dijadikan obat alternatif
antihiperlipidemia.
Fakta ini beberapa tahun terakhir ditanggapi oleh para pengusaha jamu
dengan mengembangkan produk berbahan baku daun jati belanda. Tak heran,
banyak tersedia produk olahan fitofarmaka berbahan dasar herba ini,
seperti dalam bentuk serbuk dalam kapsul maupun seduhan, layaknya teh.
Pada prinsipnya herba ini sangat aman, tentu saja jika diolah dengan
murni dan bersih, tanpa campuran bahan kimia. Agar lebih yakin, tak ada
salahnya coba mengolah dan meramunya sendiri, guna memastikan bebas dari
campuran bahan kimia.
Selain daunnya, bagian lain dari pohon jati belanda yang berkhasiat
obat adalah kulit, buah, dan bijinya. Bagian dalam kulitnya biasa
dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit cacing, bengkak kaki
atau kaki gajah.
Buahnya digunakan sebagai obat batuk rejan. Rebusan bijinya yang
sudah dibakar seperti kopi dapat diminum sebagai obat sembelit. Namun,
tetap perlu kehati-hatian dalam menggunakan daun dan biji jati belanda
sebagai obat. Pasalnya, bila terlalu berlebihan dapat mengakibatkan
kerusakan usus. Karena itu, selain bagian daunnya, pemanfaatan bagian
lain jati belanda saat ini relatif jarang dan memang belum ada uji
toksiknya.
Jika Anda tertarik untuk menaman jati belanda, sebenarnya relatif
mudah. Tanaman ini tidak butuh air banyak dan tak memerlukan perawatan
khusus.
Cukup diseduh Meramu daun jati belanda relatif mudah. Daun yang sudah
dikeringkan cukup diseduh dengan air panas, seperti halnya membuat teh.
Sering juga daun ini dibuat ekstrak atau serbuk.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini