Jurnaldunia.com
- EM, pria berusia 45 tahun asal Tasikmalaya ini, berniat membarterkan
satu ginjal miliknya. Selain berharap nilai barter bisa membuka warung,
ia punya maksud lain kenapa bersikukuh ingin melepaskan salah satu organ
tubuhnya tersebut.
"Terus terang, selama ini sudah melantarkan anak-anak. Saya berdosa. Mudah-mudahan dengan ginjal ini bisa menghapus dosa-dosa. Niat saya juga ingin menolong orang yang benar-benar membutuhkan ginjal ini," kata EM saat ditemui di Masjid Junudurrahmah, Jalan Sumbawa, Kota Bandung, Rabu (26/9/2012).
EM berstatus duda empat anak. Ia bercerai dengan istrinya sejak dua tahun lalu. Empat dari dua anaknya sudah berkeluarga, serta dua lainnya masih sekolah SMP dan SD. Ia mengakui semasa kecil empat anaknya itu ditelantarkan. EM jarang pulang ke Tasikmalaya lantaran waktu itu bekerja sebagai sopir truk lintas provinsi.
Lulusan SD ini pernah bekerja sebagai penambang emas ilegal di Kalimantan dan Sumatera. Bekerja serabutan, membuatnya tak memiliki penghasilan tetap. Bahkan, sejak awal 2012 ini EM menganggur.
Ia mengungkapkan, hubungan dengan empat anaknya renggang. Kini keluarganya tidak membutuhkan lagi sosok EM. "Mereka sudah acuh. Anak-anak sudah tidak menganggap lagi saya sebagai orang tua," tuturnya.
EM beberapa kali menyambangi Kota Bandung dan menyinggahi sejumlah rumah sakit guna menawarkan ginjal. Terakhir, sudah dua minggu ini EM di Bandung dengan misi sama.
"Tekad saya sudah bulat. Ini ginjal siap diberikan kepada orang membutuhkan. Niat saya menolong. Tapi saya berharap juga ada timbal balik. Berapa pun itu nilainya," ujar EM.
Hingga kini, belum ada pihak berminat dengan tawaran EM. Tetapi EM terus berusaha. Ia rela berjalan kaki berkilo-kilo demi mewujudkan keinginannya. Pernah suatu hari, EM berjalan dari Padalarang ke Bandung guna mencari peminat. "Sekalian juga ingin membuktikan kondisi saya ini sehat. Enggak pernah merasa lelah walau terus jalan kaki," tuturnya yang mengaku tidak memiliki riwayat penyakit keras.
Selama di Bandung, EM beristirahat dan menginap dari masjid ke masjid. Ia tidak berbekal satu rupiah pun. Namun ia pantang mengemis. "Paling ada itu orang yang mengasih makan," ucap EM yang tercatat sebagai warga Kampung Wangun, Desa Bojongsari, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya.
"Terus terang, selama ini sudah melantarkan anak-anak. Saya berdosa. Mudah-mudahan dengan ginjal ini bisa menghapus dosa-dosa. Niat saya juga ingin menolong orang yang benar-benar membutuhkan ginjal ini," kata EM saat ditemui di Masjid Junudurrahmah, Jalan Sumbawa, Kota Bandung, Rabu (26/9/2012).
EM berstatus duda empat anak. Ia bercerai dengan istrinya sejak dua tahun lalu. Empat dari dua anaknya sudah berkeluarga, serta dua lainnya masih sekolah SMP dan SD. Ia mengakui semasa kecil empat anaknya itu ditelantarkan. EM jarang pulang ke Tasikmalaya lantaran waktu itu bekerja sebagai sopir truk lintas provinsi.
Lulusan SD ini pernah bekerja sebagai penambang emas ilegal di Kalimantan dan Sumatera. Bekerja serabutan, membuatnya tak memiliki penghasilan tetap. Bahkan, sejak awal 2012 ini EM menganggur.
Ia mengungkapkan, hubungan dengan empat anaknya renggang. Kini keluarganya tidak membutuhkan lagi sosok EM. "Mereka sudah acuh. Anak-anak sudah tidak menganggap lagi saya sebagai orang tua," tuturnya.
EM beberapa kali menyambangi Kota Bandung dan menyinggahi sejumlah rumah sakit guna menawarkan ginjal. Terakhir, sudah dua minggu ini EM di Bandung dengan misi sama.
"Tekad saya sudah bulat. Ini ginjal siap diberikan kepada orang membutuhkan. Niat saya menolong. Tapi saya berharap juga ada timbal balik. Berapa pun itu nilainya," ujar EM.
Hingga kini, belum ada pihak berminat dengan tawaran EM. Tetapi EM terus berusaha. Ia rela berjalan kaki berkilo-kilo demi mewujudkan keinginannya. Pernah suatu hari, EM berjalan dari Padalarang ke Bandung guna mencari peminat. "Sekalian juga ingin membuktikan kondisi saya ini sehat. Enggak pernah merasa lelah walau terus jalan kaki," tuturnya yang mengaku tidak memiliki riwayat penyakit keras.
Selama di Bandung, EM beristirahat dan menginap dari masjid ke masjid. Ia tidak berbekal satu rupiah pun. Namun ia pantang mengemis. "Paling ada itu orang yang mengasih makan," ucap EM yang tercatat sebagai warga Kampung Wangun, Desa Bojongsari, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya.
{ 2 komentar... read them below or add one }
menebus dosa bisa dengan jalan taubat. dan tentunya terus berusaha meminta maaf pada mereka yang telah tersakiti. terus semangat ^-^
bener banget ,,semangat untuk kita
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini