Home
»
Agama Islam
» Gambaran Umat Diakhir Zaman
Diposting oleh
Unknown on Selasa, 27 Maret 2012
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah, diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. (HR. Al-Bukhoriy no.989 dan Muslim no.157)
Di
akhir zaman, seperti zaman kita ini, sebelum datangnya hari kiamat
akan ada hari-hari yang di dalamnya turun dan tersebar kejahilan
(kebodohan akan ilmu Islam, red) yang disebabkan oleh malasnya manusia
dan enggannya mereka dari menuntut ilmu agama, yaitu ilmu tentang
Al-Qur’an dan Sunnah.
Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,
“Sesungguhnya di depan hari kiamat ada hari-hari yang kejahilan diturunkan di dalamnya, dan ilmu diangkat”. [HR. Al-Bukhoriy (6654)]
Banyak
diantara agama, dan sunnah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- yang
dilalaikan orang pada hari ini sehingga terkadang menjadi sesuatu yang
mahjur (ditinggalkan).
Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika beliau bersabda dalam sebuah hadits,
“Islam
muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia
muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing“. [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)]
Semua
ini disebabkan karena kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap
agamanya dan sunnah Rasul-Nya-shollallahu alaihi wasallam-. Kurangnya
perhatian mereka menuntut ilmu syar’i karena kesibukan duniawi yang
memalingkan mereka. Sementara mereka tak ada perhatian lagi dengan
majelis ilmu dan majelis ta’lim. Akibatnya, agama dan Sunnah Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- terasa asing dan aneh di sisi mereka.
Memang
mereka terkadang mendatangi majelis ta’lim. Namun jika mereka hadir,
nampak pada wajah mereka lelah dan keterpaksaan ikut majelis ta’lim.
Yah, hanya sekedar hadir agar orang tidak mencelanya. Maka anda akan
lihat orang semacam ini jika hadir di majelis ta’lim, ada yang ngantuk ,
bahkan tidur. Ada yang bersandar di tembok, jauh dari ustadz. Ada yang
sengaja duduk di belakang untuk sembunyi; jika ngantuk dan tertidur,
ia bisa sembunyikan wajahnya di balik punggung kawannya. Ada yang
cerita dengan temannya sehingga mengganggu ceramah ustadz. Ada yang
melayang pikirannya sampai Amerika. Inilah kondisi mereka sehingga tak
heran jika mereka tetap jahil terhadap agamanya.
Jika
mendengar cerita yang menguntungkan dunianya, maka matanya terbelalak.
Betul dunia adalah nikmat yang Allah berikan. Namun jangan dijadikan
tujuan hidup dan pusat perhatian. Dunia diambil sekedar bekal menuju
Allah Ta’ala. Allah tidak memberikan nikmat kepada seorang hamba-Nya,
kecuali nikmat itu hanya sekedar alat dan sarana yang dipakai untuk
beribadah dan beramal sholeh. Dunia dengan segala nikmatnya bukanlah
merupakan tujuan dan terminal terakhir bagi seorang muslim. Akan tetapi
merupakan tempat persinggahan mengambil bekal menuju perjalanan akhir,
yaitu akhirat.
Fenomena
berlombanya kaum muslimin memperbanyak harta benda dan fasilitas
duniawi sehingga membuat mereka lupa terhadap agamanya merupakan sebab
tersebarnya kejahilan. Jika semakin hari, semakin tersebar kejahilan,
maka ketahuilah bahwa ini adalah salah satu diantara ciri dan tanda
dekatnya hari kiamat.
Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,
“Diantara tanda-tanda kiamat: Diangkatnya ilmu, dan kokohnya (banyaknya) kejahilan”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (80), dan Muslim dalam Shohih-nya (2671)]
Di
akhir zaman, seperti zaman kita ini, sebelum datangnya hari kiamat
akan ada hari-hari yang di dalamnya turun dan tersebar kejahilan yang
disebabkan oleh malasnya manusia dan enggannya mereka dari menuntut
ilmu agama, yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan Sunnah. Nabi-shollallahu
alaihi wasallam- bersabda,
“Sesungguhnya di depan hari kiamat ada hari-hari yang kejahilan diturunkan di dalamnya, dan ilmu diangkat”. [HR. Al-Bukhoriy (6654)]
Di
tengah kabut kejahilan menyelimuti manusia, tersebarlah berbagai macam
maksiat berupa pembunuhan, pencurian, perzinaan, dan kerakusan
terhadap harta. Ini semua diakibatkan oleh hilangnya ilmu agama yang
bermanfaat di tengah manusia. Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda
dalam riwayat lain ketika menyebutkan tanda dekatnya hari kiamat,
“Zaman
akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah
(masalah), diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. [HR. Al-Bukhoriy (989) dan Muslim (157)]
Al-Imam Ibnu Baththol –rahimahullah- berkata , “Semua
yang dikandung oleh hadits ini berupa tanda-tanda kiamat sungguh kami
telah melihatnya dengan mata kepala. Ilmu sungguh telah diangkat,
kejahilan muncul, diletak kannya penyakit rakus dalam hati, fitnah
(musibah) merata, dan pembunuhan banyak”. [Lihat Fath Al-Bari (13/16)]
Ini
di zamannya Ibnu Baththol rahimahullah-, maka bagaimana lagi di zaman
kita ini kejahilan merata dimana-mana, baik di kota maupun di
pedalaman. Kejahilan di negeri kita bukan hanya mengenai rakyat jelata
yang tak berpendidikan agama, bahkan juga mengenai kaum terpelajar. Hal
ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi-shollallahu alaihi wasallam-,
“Sesungguhnya
Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali mencabutnya dari manusia.
Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’ sehingga
apabila Allah tidak menyisakan lagi seorang ulama’pun, maka manusiapun
mengangkat pemimpin-pemimpin yang jahil. Mereka (para pemimpin tsb)
ditanyai, lalu merekapun memberikan fatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka
sesat dan menyesatkan (manusia)” .[HR.Al-Bukhory dalam Kitab Al-Ilm (100), dan Muslim dalam Kitab Al-Ilm (2673)]
Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah berkata ketika menjelaskan makna hadits di atas, “Hadits
ini menjelaskan maksud tercabutnya ilmu dalam hadits-hadits lalu yang
muthlak (umum), bukan menghapusnya dari dada para penghafal (pemilik)
ilmu itu. Akan tetapi maknanya, para pembawa ilmu itu (yakni para ulama)
akan mati. Lalu manusia mengangkat orang-orang jahil (sebagai pemimpin
dalam agama). Orang-orang jahil itu memutuskan perkara berdasarkan
kejahilan-kejahilannya. Lantaran itu ia sesat, dan menyesatkan orang“. [Lihat Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim ibn Al-Hajjaj (16/224), cet. Dar Ihya’ At-Turots Al-Arabiy]
Alangkah
banyaknya pemimpin dan ustadz-ustadz seperti ini. Mereka diangkat oleh
manusia sebagai seorang ulama’ dan ustadz. Padahal ia tidaklah pantas
dijadikan panutan, karena ia jahil. Kalaupun ia berilmu, namun ilmu itu
di buang di belakang punggungnya. Manusia jenis ini banyak bermunculan
bagaikan jamur di musim hujan.
Coba
lihat disana, manusia mengangkat seorang pelawak sebagai ‘ da’i
sejuta ummat ‘ . Padahal bisanya cuma tertawa dan menggelitik para
pendengar.
Dari
arah lain, muncul para normal yang dulunya dijauhi oleh manusia,
karena dikenal memiliki sihir. Sesaat kemudian berubah menjadi “da’i
sejuta ummat”, karena sekedar pernah memimpin dzikir jama’ah yang
dihadiri oleh sebagian kiyai jahil dan orang-orang yang memiliki
kedudukan. Dulunya tukang sihir dan dukun (para normal), kini menjadi
ustadz, bahkan terakhir bergelar “KH”.
Artis
pun tak ketinggalan ambil job dalam kancah dakwah dengan bermodalkan
semangat kemampuan tampil di depan publik dan wajah ganteng sebagai
modal dengkul untuk menarik ummat menuju ke neraka. Bagaimana tidak,
sebab seorang yang berdakwah tanpa ilmu akan mengantarkan dirinya
berbicara tanpa batas, sehingga terkadang ia telah merusak dan
menghancurkan agama pendengarnya, namun ia tak sadar karena memandang
dirinya lebih pandai dari pendengar. Padahal ia jahil atau mungkin lebih
jahil dari pendengar. Nas’alullahal afiyah wassalamah minal fitan.
Lebih
para lagi, jika dakwah yang ditangani oleh orang-orang jahil dihiasi
dengan perkara-perkara yang melanggar syari’at, seperti dakwah dihiasi
dengan musik dengan istilah “Nada dan Dakwah“. Ini adalah cara dakwah
yang keliru, karena menyalahi tuntunan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- . Dengarkan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda dalam
mengharamkan musik,
“Sesungguhnya akan ada beberapa kaum dari ummatku akan menghalalkan zina, kain sutra, minuman keras (khomer), dan musik“. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Asyribah (5590)]
Muhaddits
Negeri Syam Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy Al-Atsariy –rahimahullah-
berkata dalam kitabnya Tahrim Alat Ath-Thorb (hal 105), “Sesungguhnya
para ulama dan fuqoha –diantaranya empat imam madzhab- sepakat
mengharamkan alat-alat musik karena berteladan dengan hadits-hadits Nabi
Shollallahu Alaihi wa Sallam dan atsar-atsar Salaf ”.
Jadi,
berdakwah dengan musik merupakan perkara kejahilan dan kebatilan yang
menyalahi tuntunan Allah -Ta’ala-, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
, dan para ulama’ kaum msulimin dari dulu sampai hari ini. Oleh karena
itu, kita sesalkan adanya sebagian orang-orang jahil atau pura-pura
jahil yang menyemarakkan program “Nada dan Dakwah” yang jelas dan nyata
menyelihi agama !! Ini lebih diperparah lagi dengan bantuan “Guru
Besar” alias televisi dalam menyemarakkannya demi meraih keuntungan
duniawi yang semu, dan memperturutkan hawa nafsu.
Realita
ummat yang demikian ini membuat dahi berkerut dan kepala sakit karena
banyaknya dan bertambahnya “PR” yang perlu diselesaikan oleh para dai
kebenaran. Dengan realita kejahilan ummat seperti ini, tak pelak jika
banyak menimbulkan masalah. Tak heran jika terkadang ada sunnah Nabi
-Shollallahu ‘alaihi wasallam- yang ingin diamalkan di zaman ini,
mereka serta merta merasakannya sebagai suatu yang asing, menolaknya,
menganggapnya bukan dari Islam!! Bahkan memusihi dan menyakiti sebagian
hamba-hamba Allah -Ta’ala- yang mengamalkannya.
Jika
kejahilan tentang agama merata di tubuh ummat, maka akan tersebar
berbagai macam pelanggaran, syirik, kekafiran, bid’ah, dan maksiat,
baik yang nampak, maupun yang tersemunyi. Inilah awal kehinaan yang
akan menimpa ummat Islam yang dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam.
Jika
ummat Islam sibuk dengan dunia, sibuk dengan peternakan, pertanian,
perdagangan apalagi riba sehingga lupa mempelajari agamanya dari
Al-Qur’an dan Sunnah, maka Allah akan timpakan kehinaan atas mereka.
Inilah kehinaan yang tak mungkin akan tercabut dari tubuh ummat kecuali
mereka mau kembali kepada agamanya dengan ilmu agama yang benar, dan
berguna.
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Jika
kalian berjual-beli dengan cara ‘inah (salah satu bentuk riba), kalian
memegang ekor-ekor sapi, ridho dengan bercocok tanam, dan meninggalkan
jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang
tak akan dicabut oleh Allah sampai kalian kembali kepada agama kalian“.
[HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (3462). Hadits ini di-shohih-kan oleh
Al-Muhaddits Al-Atsariy Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (11)]
Kesibukan
dengan dunia menyebabkan kita akan semakin cinta kepadanya, dan takut
mati untuk menghadap Allah Ta’ala- .Seakan-akan kita mengharapkan diri
dan harta benda yang melalaikan kita agar kekal di dunia, tanpa
menghadapi hisab.
Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- berkata, Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Hampir
saja ummat-ummat saling memanggil (menyerang) menuju kalian
sebagaimana orang-orang yang mau makan saling memanggil kepada
nampannya”. Ada yang bertanya, “Apakah karena kita sedikit saat itu?”
Beliau bersabda, “Bahkan kalian saat itu banyak, tapi kalian buih
laksana buih ombak. Allah benar-benar akan mencabut perasaan segan
terhadap kalian dari dada musuh kalian; Allah akan mencampakkan
kelemahan dalam hati kalian”. Ada yang bertanya, “Apa kelemahan itu?”
Beliau menjawab, “Cinta dunia, dan takut mati“.[HR. Abu Dawud dalam Kitab Al-Malahim (4297). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (958)]
sumber
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini