Natalie Wolchover | LiveScience.com
Potongan papyrus dari era awal Kristen yang merujuk pada keberadaan istri Yesus mendapat respons skeptis sejak pengumuman 11 hari lalu. Banyak ilmuwan menyebut papyrus tersebut sebagai sebuah pemalsuan modern -- mendahului novel 2003 karya Dan Brown, "The Da Vinci Code". Sementara ilmuwan lain menyatakan bahwa kesimpulan yang diambil terlalu cepat.
Apa saja argumen para pakar akan keaslian atau ketidakaslian papyrus tersebut? Dan apakah dunia akan mengetahui kebenaran artifak yang menghancurkan dogma ini?
Fragmen seukuran kartu nama yang robek ini mendapat ketenaran karena sejarawan Harvard Karen King mengumumkan penemuan tersebut pada 18 September lalu. Di situ tertulis kalimat yang mengejutkan, "Yesus mengatakan pada mereka, 'Istri saya...'" Manuskrip tersebut tertulis dalam bahasa Koptik, bahwa kaum Kristiani awal yang tinggal di Mesir. Meski awal dan akhir setiap kalimat hilang, namun kalimat tersebut bisa diinterpretasikan sebagai percakapan antara Yesus dan para muridnya di mana mereka mengatakan pada Yesus, "Maria (Magdalena) tidak pantas untuk itu," dan Yesus menjawab bahwa istrinya -- kemungkinan adalah Maria Magdalena -- "mampu menjadi salah satu muridnya".
King memprediksi kemungkinan asal artifak itu dari abad ke-4 dan kemungkinan adalah salinan dari gospel yang tertulis di Yunani dari abad ke-2, saat terjadi kontroversi antara kelompok Kristiani tentang status murid Maria Magdalena. Jika papyrus tersebut autentik, maka sebagian orang Kristiani awal percaya bahwa Yesus dan Maria Magdalena pernah menikah.
Tiruan cerobohMeski begitu, para pakar sudah menemukan beberapa keanehan yang membuat mereka percaya bahwa manuskrip tersebut palsu. Menurut mereka, teks itu dapat dengan mudah ditulis dalam 50 tahun terakhir, atau malah satu dekade terakhir, di atas lembar papyrus kuno yang dengan mudah diperoleh di pasar antik.
Pertama, tulisannya ceroboh. Jika dibandingkan dengan papyrus bertuliskan aksara Koptik yang autentik, surat-surat ditulis dengan beragam ketebalan dan kehalusan lekuk serta detail. Tulisan dalam gospel kontroversial ini ditulis dalam goresan kaku, lurus dan memiliki ketebalan sama. Dalam sebuah video YouTube yang diunggah 28 September lalu, Christian Askeland, pakar Koptik yang berbasis di Jerman menjelaskan bahwa huruf-huruf di situ terlihat tidak alami, seperti ditulis oleh seseorang dengan pengetahuan bahasa Koptik yang sangat terbatas.
Jika papyrus ini adalah tiruan, jelas bahwa bukan hasil kerja seorang profesional. Namun Askeland juga tidak berpikir bahwa tulisan ini ditulis oleh orang amatir soal abad ke-4. "Dia tidak menulis dengan cara yang formal, tapi dia juga tidak melakukan hal-hal yang biasanya Anda lihat di penulisan informal atau teks semi-literer," kata dia.
Yang kedua, beberapa pakar lain sudah menyoroti bahwa teks tersebut tidak ditulis menggunakan instrumen penulisan yang awam pada masa itu: sebuah stylus (pena besi Romawi) atau calamus (pena kayu tajam Mesir). Noda-noda tinta dari huruf-huruf dan goresan kuas di satu titik menunjukkan bahwa si penulisnya kemungkinan menggunakan kuas cat -- alat menulis yang sangat tidak biasa di zaman Mesir Kuno. (Sementara ahli lain sudah mengajukan argumen balasan, bahwa pena kemungkinan sedang tumpul)
Yang ketiga, konteks tulisan tersebut mengajukan pertanyaan tersendiri. Meski sebagian besar manuskrip terpotong, artinya diartikan "terlalu mudah", kata Askeland. "Jika Anda melihat bagian manuskrip yang memiliki subjek dan kata kerja, itu adalah sebagian besar manuskrip." Pengaturan kata kunci di bagian tengah paragraf bukanlah hal yang biasa.
Askeland pun menyimpulkan, "Sangat mungkin papyrus ini palsu."
Selain itu, mengenai konteks papyrus tersebut, sejarawan Perjanjian Baru dari University of Durham menyoroti bahwa semua kutipan teks tersebut, kecuali bagian "istri saya", juga muncul di Gospel of Thomas, gospel Koptik autentik yang ditemukan di Mesir pada 1945. Kutipan dari gospel Thomas sudah ditataulang untuk menciptakan makna baru. Watson berpikir bahwa tidak mungkin teks kuno bisa saling menyalin satu sama lain. "Lebih mudah untuk melihat bagaimana seorang modern dengan kemampuan bahasa Koptik yang terbatas mengambil material yang sudah tersedia dari teks Koptik."
Terjemahan dari Gospel of Thomas diterjemahkan pada 1956. Watson berpikir bahwa papyrus yang berisi "istri Yesus" pasti dipalsukan sesudah itu. "Saya curiga bahwa mungkin saja ini berasal dari sesudah 2003. Itulah tahun saat "Da Vinci Code" diterbitkan, dan ini bisa menjadi inspirasi."
Jawaban tertulis di tinta
Tidak semua orang meragukan keaslian papyrus tersebut. "Meski ini semua adalah argumen menarik, saya tidak merasa sebagai kesimpulan akhir," kata Paul Dilley, pakar Kristen awal di University of Iowa yang biasa menangani literatur non-kanonikal dan Koptik, pada Life's Little Mysteries.
Setidaknya penulis gospel kontroversial tersebut bisa saja bukan penulis yang baik. Buat argumen bahwa frasa-frasa dalam gospel tersebut disalin dari Gospel of Thomas, Michael Peppard, asisten profesor teologi di Fordham University mengatakan bahwa frasa-frasa tersebut sangat awam dipakai, maka kemunculannya dalam kedua teks tersebut adalah kebetulan kecil yang tak mengejutkan.
Lebih jauh lagi, "ada satu kata lagi yang tidak cocok penggunaannya dengan Gospel of Thomas atau masukan pertama dalam kamus-kamus Koptik, dan kata itu yang penting dalam pembahasan, 'istri' (hime)," Peppard menulis di blognya. "Penulisan yang paling umum dari kata tersebut adalah 's-hime' (dengan 'h')," tulis dia.
Sangat aneh jika pemalsu modern malah memilih menggunakan versi yang tidak umum dari kata istri.
Selain itu, Peppard juga mengatakan bahwa aneh jika pemalsu berhasil memudarkan dan merobek-robek fragmen papyrus dengan sangat autentik sampai bisa meyakinkan Roger Bagnall, direktur Institut for the Study of the Ancient World di New York University dan salah satu ahli papyrus paling ternama dunia. Bagnall mengatakan bahwa serapan tinta dari papyrus tersebut, terutama di bagian yang pudar dan rusak, berhasil lulus tes. "Sulit membayangkan skenario yang memungkinkan orang membuat tiruan sesuatu seperti ini," katanya pada New York Times. "Dunia tidak penuh dengan ahli papyrus palsu."
Dengan argumen meyakinkan di kedua sisi, status pernikahan Yesus, atau setidaknya opini awal tentang subjek ini, tinggal bergantung pada unsur kimiawi. Komposisi kimiawi tinta manuskrip tersebut akan diuji di Harvard para pertengahan Oktober ini.
"Saya rasa hasil dari uji tinta nanti akan menjadi kesimpulan akhir," tulis Dilley dalam email. "Penanggalan karbon dari papyrus mungkin tidak bisa menyimpulkan apa-apa, karena jika itu adalah pemalsuan modern, maka si pemalsu bisa memperoleh lembar papyrus dengan dan menulis sesuatu di atasnya. Sementara lebih sulit mereproduksi tinta kuno secara akurat."
Manuskrip Koptik yang autentik kemungkinan ditulis dengan tinta karbon-gom, terbuat dari jelaga dan gom arab (terbuat dari sari pohon akasia). Namun jika uji tinta menemukan tinta yang tepat berasal dari zaman yang tepat pun, mereka yang menolak papyrus ini sudah mengajukan argumen bahwa seorang pemalsu yang cerdas membeli papyrus kuno, membakar sebagiannya untuk memproduksi jelaga, menggunakan jelaga untuk membuat tinta, kemudian menggunakan tinta trsebut untuk menulis gospel palsu di fragmen papyrus yang tersisa.
Potongan papyrus dari era awal Kristen yang merujuk pada keberadaan istri Yesus mendapat respons skeptis sejak pengumuman 11 hari lalu. Banyak ilmuwan menyebut papyrus tersebut sebagai sebuah pemalsuan modern -- mendahului novel 2003 karya Dan Brown, "The Da Vinci Code". Sementara ilmuwan lain menyatakan bahwa kesimpulan yang diambil terlalu cepat.
Apa saja argumen para pakar akan keaslian atau ketidakaslian papyrus tersebut? Dan apakah dunia akan mengetahui kebenaran artifak yang menghancurkan dogma ini?
Fragmen seukuran kartu nama yang robek ini mendapat ketenaran karena sejarawan Harvard Karen King mengumumkan penemuan tersebut pada 18 September lalu. Di situ tertulis kalimat yang mengejutkan, "Yesus mengatakan pada mereka, 'Istri saya...'" Manuskrip tersebut tertulis dalam bahasa Koptik, bahwa kaum Kristiani awal yang tinggal di Mesir. Meski awal dan akhir setiap kalimat hilang, namun kalimat tersebut bisa diinterpretasikan sebagai percakapan antara Yesus dan para muridnya di mana mereka mengatakan pada Yesus, "Maria (Magdalena) tidak pantas untuk itu," dan Yesus menjawab bahwa istrinya -- kemungkinan adalah Maria Magdalena -- "mampu menjadi salah satu muridnya".
King memprediksi kemungkinan asal artifak itu dari abad ke-4 dan kemungkinan adalah salinan dari gospel yang tertulis di Yunani dari abad ke-2, saat terjadi kontroversi antara kelompok Kristiani tentang status murid Maria Magdalena. Jika papyrus tersebut autentik, maka sebagian orang Kristiani awal percaya bahwa Yesus dan Maria Magdalena pernah menikah.
Tiruan cerobohMeski begitu, para pakar sudah menemukan beberapa keanehan yang membuat mereka percaya bahwa manuskrip tersebut palsu. Menurut mereka, teks itu dapat dengan mudah ditulis dalam 50 tahun terakhir, atau malah satu dekade terakhir, di atas lembar papyrus kuno yang dengan mudah diperoleh di pasar antik.
Pertama, tulisannya ceroboh. Jika dibandingkan dengan papyrus bertuliskan aksara Koptik yang autentik, surat-surat ditulis dengan beragam ketebalan dan kehalusan lekuk serta detail. Tulisan dalam gospel kontroversial ini ditulis dalam goresan kaku, lurus dan memiliki ketebalan sama. Dalam sebuah video YouTube yang diunggah 28 September lalu, Christian Askeland, pakar Koptik yang berbasis di Jerman menjelaskan bahwa huruf-huruf di situ terlihat tidak alami, seperti ditulis oleh seseorang dengan pengetahuan bahasa Koptik yang sangat terbatas.
Jika papyrus ini adalah tiruan, jelas bahwa bukan hasil kerja seorang profesional. Namun Askeland juga tidak berpikir bahwa tulisan ini ditulis oleh orang amatir soal abad ke-4. "Dia tidak menulis dengan cara yang formal, tapi dia juga tidak melakukan hal-hal yang biasanya Anda lihat di penulisan informal atau teks semi-literer," kata dia.
Yang kedua, beberapa pakar lain sudah menyoroti bahwa teks tersebut tidak ditulis menggunakan instrumen penulisan yang awam pada masa itu: sebuah stylus (pena besi Romawi) atau calamus (pena kayu tajam Mesir). Noda-noda tinta dari huruf-huruf dan goresan kuas di satu titik menunjukkan bahwa si penulisnya kemungkinan menggunakan kuas cat -- alat menulis yang sangat tidak biasa di zaman Mesir Kuno. (Sementara ahli lain sudah mengajukan argumen balasan, bahwa pena kemungkinan sedang tumpul)
Yang ketiga, konteks tulisan tersebut mengajukan pertanyaan tersendiri. Meski sebagian besar manuskrip terpotong, artinya diartikan "terlalu mudah", kata Askeland. "Jika Anda melihat bagian manuskrip yang memiliki subjek dan kata kerja, itu adalah sebagian besar manuskrip." Pengaturan kata kunci di bagian tengah paragraf bukanlah hal yang biasa.
Askeland pun menyimpulkan, "Sangat mungkin papyrus ini palsu."
Selain itu, mengenai konteks papyrus tersebut, sejarawan Perjanjian Baru dari University of Durham menyoroti bahwa semua kutipan teks tersebut, kecuali bagian "istri saya", juga muncul di Gospel of Thomas, gospel Koptik autentik yang ditemukan di Mesir pada 1945. Kutipan dari gospel Thomas sudah ditataulang untuk menciptakan makna baru. Watson berpikir bahwa tidak mungkin teks kuno bisa saling menyalin satu sama lain. "Lebih mudah untuk melihat bagaimana seorang modern dengan kemampuan bahasa Koptik yang terbatas mengambil material yang sudah tersedia dari teks Koptik."
Terjemahan dari Gospel of Thomas diterjemahkan pada 1956. Watson berpikir bahwa papyrus yang berisi "istri Yesus" pasti dipalsukan sesudah itu. "Saya curiga bahwa mungkin saja ini berasal dari sesudah 2003. Itulah tahun saat "Da Vinci Code" diterbitkan, dan ini bisa menjadi inspirasi."
Jawaban tertulis di tinta
Tidak semua orang meragukan keaslian papyrus tersebut. "Meski ini semua adalah argumen menarik, saya tidak merasa sebagai kesimpulan akhir," kata Paul Dilley, pakar Kristen awal di University of Iowa yang biasa menangani literatur non-kanonikal dan Koptik, pada Life's Little Mysteries.
Setidaknya penulis gospel kontroversial tersebut bisa saja bukan penulis yang baik. Buat argumen bahwa frasa-frasa dalam gospel tersebut disalin dari Gospel of Thomas, Michael Peppard, asisten profesor teologi di Fordham University mengatakan bahwa frasa-frasa tersebut sangat awam dipakai, maka kemunculannya dalam kedua teks tersebut adalah kebetulan kecil yang tak mengejutkan.
Lebih jauh lagi, "ada satu kata lagi yang tidak cocok penggunaannya dengan Gospel of Thomas atau masukan pertama dalam kamus-kamus Koptik, dan kata itu yang penting dalam pembahasan, 'istri' (hime)," Peppard menulis di blognya. "Penulisan yang paling umum dari kata tersebut adalah 's-hime' (dengan 'h')," tulis dia.
Sangat aneh jika pemalsu modern malah memilih menggunakan versi yang tidak umum dari kata istri.
Selain itu, Peppard juga mengatakan bahwa aneh jika pemalsu berhasil memudarkan dan merobek-robek fragmen papyrus dengan sangat autentik sampai bisa meyakinkan Roger Bagnall, direktur Institut for the Study of the Ancient World di New York University dan salah satu ahli papyrus paling ternama dunia. Bagnall mengatakan bahwa serapan tinta dari papyrus tersebut, terutama di bagian yang pudar dan rusak, berhasil lulus tes. "Sulit membayangkan skenario yang memungkinkan orang membuat tiruan sesuatu seperti ini," katanya pada New York Times. "Dunia tidak penuh dengan ahli papyrus palsu."
Dengan argumen meyakinkan di kedua sisi, status pernikahan Yesus, atau setidaknya opini awal tentang subjek ini, tinggal bergantung pada unsur kimiawi. Komposisi kimiawi tinta manuskrip tersebut akan diuji di Harvard para pertengahan Oktober ini.
"Saya rasa hasil dari uji tinta nanti akan menjadi kesimpulan akhir," tulis Dilley dalam email. "Penanggalan karbon dari papyrus mungkin tidak bisa menyimpulkan apa-apa, karena jika itu adalah pemalsuan modern, maka si pemalsu bisa memperoleh lembar papyrus dengan dan menulis sesuatu di atasnya. Sementara lebih sulit mereproduksi tinta kuno secara akurat."
Manuskrip Koptik yang autentik kemungkinan ditulis dengan tinta karbon-gom, terbuat dari jelaga dan gom arab (terbuat dari sari pohon akasia). Namun jika uji tinta menemukan tinta yang tepat berasal dari zaman yang tepat pun, mereka yang menolak papyrus ini sudah mengajukan argumen bahwa seorang pemalsu yang cerdas membeli papyrus kuno, membakar sebagiannya untuk memproduksi jelaga, menggunakan jelaga untuk membuat tinta, kemudian menggunakan tinta trsebut untuk menulis gospel palsu di fragmen papyrus yang tersisa.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini