TEMPO.CO , Teesside--
Teknologi baru di bidang energi yang revolusioner muncul di Inggris.
Air Fuel Syndication, sebuah perusahaan kecil di utara negeri Ratu
Elizabeth II, telah mengembangkan teknologi "penangkap udara" untuk
menciptakan bensin sintetis dari udara.
Temuan ini diklaim sebagai terobosan menakjubkan untuk memerangi perubahan iklim dan penyelamat krisis energi dunia. Teknologi, yang dipaparkan dalam konferensi rekayasa teknologi di London pekan ini, dapat menghilangkan karbon dioksida di atmosfer.
Tim insinyur perusahaan membuat bensin dengan mencampur natrium hidroksida (NaOH) dengan karbon dioksida (CO2). Senyawa campuran itu lantas dielektrolisis untuk menghasilkan karbon dioksida murni. Pada saat bersamaan, hidrogen diproduksi lewat elektrolisis uap air yang ditangkap dengan alat penghilang kelembapan (dehumidifier).
"Karbon dioksida murni dan hidrogen lantas dicampur untuk menghasilkan metanol yang selanjutnya dilewatkan reaktor bahan bakar bensin untuk menciptakan bensin," kata Direktur Air Fuel Syndication, Peter Harrison, Jumat 19 Oktober 2012.
Ia mengatakan teknologi ini telah menghasilkan lima liter bensin dalam waktu kurang dari tiga bulan dari kilang kecil di Stockton-on-Tees, Teesside. Bensin tersebut dapat digunakan untuk semua perkakas berbahan bakar minyak. Selain itu bensin dari udara yang bebas karbon ini dapat digunakan untuk memproduksi listrik.
"Senyawa bahan bakar yang dihasilkan terlihat dan berbau seperti bensin, tetapi jauh lebih bersih dan tidak menghasilkan emisi karbon," imbuh Harrison, seorang insinyur sipil dari Darlington, Co Durham.
Proyek senilai Rp 1,1 miliar ini dibangun selama dua tahun terakhir. Sumber dana berasal dari sekelompok dermawan anonim yang percaya teknologi ini bisa menjadi cara yang menguntungkan untuk menciptakan energi terbarukan.
"Sayangnya perusahaan minyak besar tidak mendukung teknologi ini," ujar Harrison, seperti dikutip Telegraph. Ia berharap dalam dua tahun mendatang bisa membangun pabrik besar yang dapat memproduksi lebih dari satu ton bensin per hari dengan masa operasi kilang selama 15 tahun.
Dukungan justru datang dari Lembaga Insinyur Mesin Inggris (IMechE), yang menilai teknologi ini sangat bagus dan dapat berperan besar menghadapi perubahan iklim. Ketergantungan terhadap minyak mentah dunia yang harganya tidak stabil juga dapat ditekan dengan produksi bensin dari udara.
"Ini bisa menjadi sebuah kisah sukses besar Inggris, yang membuka peluang untuk mengurangi emisi karbon," kata Kepala Eksekutif IMechE, Stephen Tetlow.
Temuan ini diklaim sebagai terobosan menakjubkan untuk memerangi perubahan iklim dan penyelamat krisis energi dunia. Teknologi, yang dipaparkan dalam konferensi rekayasa teknologi di London pekan ini, dapat menghilangkan karbon dioksida di atmosfer.
Tim insinyur perusahaan membuat bensin dengan mencampur natrium hidroksida (NaOH) dengan karbon dioksida (CO2). Senyawa campuran itu lantas dielektrolisis untuk menghasilkan karbon dioksida murni. Pada saat bersamaan, hidrogen diproduksi lewat elektrolisis uap air yang ditangkap dengan alat penghilang kelembapan (dehumidifier).
"Karbon dioksida murni dan hidrogen lantas dicampur untuk menghasilkan metanol yang selanjutnya dilewatkan reaktor bahan bakar bensin untuk menciptakan bensin," kata Direktur Air Fuel Syndication, Peter Harrison, Jumat 19 Oktober 2012.
Ia mengatakan teknologi ini telah menghasilkan lima liter bensin dalam waktu kurang dari tiga bulan dari kilang kecil di Stockton-on-Tees, Teesside. Bensin tersebut dapat digunakan untuk semua perkakas berbahan bakar minyak. Selain itu bensin dari udara yang bebas karbon ini dapat digunakan untuk memproduksi listrik.
"Senyawa bahan bakar yang dihasilkan terlihat dan berbau seperti bensin, tetapi jauh lebih bersih dan tidak menghasilkan emisi karbon," imbuh Harrison, seorang insinyur sipil dari Darlington, Co Durham.
Proyek senilai Rp 1,1 miliar ini dibangun selama dua tahun terakhir. Sumber dana berasal dari sekelompok dermawan anonim yang percaya teknologi ini bisa menjadi cara yang menguntungkan untuk menciptakan energi terbarukan.
"Sayangnya perusahaan minyak besar tidak mendukung teknologi ini," ujar Harrison, seperti dikutip Telegraph. Ia berharap dalam dua tahun mendatang bisa membangun pabrik besar yang dapat memproduksi lebih dari satu ton bensin per hari dengan masa operasi kilang selama 15 tahun.
Dukungan justru datang dari Lembaga Insinyur Mesin Inggris (IMechE), yang menilai teknologi ini sangat bagus dan dapat berperan besar menghadapi perubahan iklim. Ketergantungan terhadap minyak mentah dunia yang harganya tidak stabil juga dapat ditekan dengan produksi bensin dari udara.
"Ini bisa menjadi sebuah kisah sukses besar Inggris, yang membuka peluang untuk mengurangi emisi karbon," kata Kepala Eksekutif IMechE, Stephen Tetlow.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini