Secara umum kita mengetahui rokok yang ada di Indonesia ada 2 jenis,
rokok dengan filter dan tanpa filter ( lebih dikenal dengan rokok
kretek). Rokok tanpa filter cenderung lebih cepat merubah warna gigi
dari pada rokok dengan filter.
Sekarang mari kita ikuti jejak asap rokok kenapa begitu banyak organ"
tubuh yang dirugikan. Saat kita menghisap rokok asap yang keluar dari
sebatang rokok menuju rongga mulut, beberapa detik asap rokok dengan
jutaan zat" kimia berada dalam rongga mulut dan mempengaruhi jaringan
dan organ yang ada dalam rongga mulut termasuk gigi itu sendiri. Asap
panas yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merupakan
rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi
pengeluaran ludah. Akibatnya rongga mulut menjadi kering dan lebih
an-aerob (suasana bebas zat asam) sehingga memberikan lingkungan yang
sesuai untuk tumbuhnya bakteri an-aerob dalam plak. Dengan sendirinya
perokok beresiko lebih besar terinfeksi bakteri penyebab penyakit
jaringan pendukung gigi dibandingkan mereka yang perokok.
Gusi seorang perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk.
Daerah yang mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan
jaringan di sekitarnya dan berkurang kekenyalannya. Penyempitan pembuluh
darah yang disebabkan nikotin mengakibatkan berkurangnya aliran darah
di gusi sehingga meningkatkan kecenderungan timbulnya penyakit gusi.
Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi,
yaitu penyakit gusi yang paling sering terjadi disebabkan oleh plak
bakteri dan factor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di
sekitar gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi
sehingga permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak.
Dari perbedaan penelitian yang telah dilakukan plak dan karang gigi
lebih banyak terbentuk pada rongga mulut perokok dibandingkan bukan
perokok. Penyakit jaringan pendukung gigi yang parah, kerusakan tulang
penyokong gigi dan tanggalnya gigi lebih banyak terjadi pada perokok
daripada bukan perokok. Pada perawatan penyakit jaringan pendukund gigi
pasien perokok memerlukan perawatan yang lebih luas dan lebih lanjut.
Padahal pada pasien bukan perokok dan pada keadaan yang sama cukup hanya
dilakukan perawatan standar seperti pembersihan plak dan karang gigi.
Keparahan penyakit yang timbul dari tingkat sedang hingga lanjut
berhubungan langsung dengan banyaknya rokok yang diisap setiap hari
berapa lama atau berapa tahun seseorang menjadi perokok dan status
merokok itu sendiri, apakah masih merokok hingga sekarang atau sudah
berhenti.
Nikotin berperan dalam memulai terjadinya penyakit jaringan
pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga
mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan perlekatan gusi pada
permukaan gigi dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada permukaan akar
gigi dan hasil metabolitnya yakni kontinin dapat ditemukan pada cairan
gusi.
Beberapa perawatan memang sangat menganjurkan pada pasien perokok untuk
benrhenti merokok untuk sementara waktu, selama dalam proses perawatan.
Seperti pasien yang dalam masa pemsangan implan.
Dapat disimpulkan kerugian yang timbul akibat kebiasaan merokok pada kesehatan gigi dan mulut:
1. Perubahan warna gigi, gusi dan bibir.
2. Karies pada gigi akan semakin cepat terbentuk.
3. Kemungkinan kanker pada jaringan mulut sangat besar.
4. Bau nafas jelas beraroma rokok.
5. Berubahnya jaringan" dalam rongga mulut yang menyebabkan berbagai
dampak negatif terhadap kesehatan mulut itu sendiri seperti pemicu
terbantuknya karies.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini