Ini
agak filosofis, memang, tetapi sebenarnya justru di sini letak kunci
segalanya. Dengan mengenali diri sendiri, kita dapat mengetahui
kelemahan fisik tubuh kita, lalu dapat memutuskan apa yang baik dan
boleh dilakukan bagi tubuh, dan apa yang tidak. Orang yang tanpa
disadari telah keenakan menyantap makanan yang asin secara berlebihan,
misalnya, lama-kelamaan merasakan tubuhnya berubah, seperti cepat merasa
pusing, berkurang keseimbangan tubuhnya, dan sering merasakan aneka
gejala tidak enak badan. Setelah memeriksakan badan ke dokter, baru
diketahui tubuhnya mulai mengidap “penyakit” tekanan darah tinggi. Kalau
sejak itu ia berusaha sungguh-sungguh untuk mengurangi makanan asin dan
berlemak, sambil melakukan olahraga ringan secara teratur, maka
“penyakit”-nya tidak mudah kumat, dan ia tidak perlu sering pergi ke
dokter lagi.
Bila
Anda mempunyai keluhan seperti itu, seyogianyalah mencontoh orang yang
mengenal kelemahan dirinya sendiri itu. Begitu juga orang yang mudah
marah dan sukar mengendalikan diri karena tidak mengenal kekurangan
dirinya sendiri. Setelah mengenal kelemahannya, dan mau memperbaiki
kebiasaannya yang merugikan, lama-lama ia mahir menjaga agar tidak mudah
terpancing emosinya. Itu berkat ia berusaha mengenal dirinya sendiri
juga.
2. Tidak terburu-buru merasa sakit
Hanya
karena bersin, batuk, atau agak demam, orang telah memutuskan untuk
minum obat. Padahal acap kali setelah dibiarkan tiga hari, gejala sakit
itu hilang sendiri. Tubuh memang mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan
sendiri. Hanya dengan beristirahat cukup, gejala sakit itu sudah hilang
sendiri. Gejala pusing kadang bahkan dapat hilang hanya karena menghirup
udara segar di taman yang tidak tercemar udara knalpot.
Gejala
batuk dan bersin memang merupakan tanda serius juga, bahwa tubuh sedang
berusaha mengeluarkan kuman penyakit dari saluran pernapasan. Demam
berkeringat merupakan tanda tubuh sedang melawan serangan kuman. Kalau
gejala itu berlangsung selama tiga hari, karena beratnya serangan, ya
apa boleh buat, kita ke dokter untuk konsultasi medis.
3. Mengusahakan variasi makanan sehari-hari
Melakukan
variasi santapan, berangkat dari asumsi bahwa ada bahan makanan
tertentu yang lebih bermanfaat daripada jenis makanan biasa sehari-hari.
Kalau ini kita pakai sebagai selingan bagi jenis makanan sehari-hari,
maka kedua kelompok bahan itu dapat saling melengkapi. Bila kita
terbiasa makan daging ayam dan sapi, sebaiknya mengubah kebiasaan itu,
dan sekali-sekali makan ikan segar, tempe, dan tahu sebagai selingan.
Bahan ini mempunyai kadar lemak tak jenuh yang banyak, dan berpotensi
mengurangi risiko tekanan darah tinggi. Sebaliknya, kalau kita terbiasa
makan ikan, tempe, dan tahu telur saja sehari-hari, pada suatu
kesempatan makan santapan istimewa pada kondangan temanten,
atau arisan keluarga besar, ambil saja daging ayam atau sapi. Protein
daging hewan berperan mempertahankan laju pertumbuhan tubuh dan
mengganti sel-sel jaringan yang rusak.
Begitu
juga dengan sayuran. Kalau hari demi hari kita makan sayur mayur hijau,
karena beranggapan bahwa yang serba hijau itu pasti bagus, sesekali
perlu variasi menyantap sayuran dan buah-buahan tidak hijau, seperti
tomat, wortel, jagung muda, paprika merah (sebagai sayur), pisang,
mangga, apel, jeruk (sebagai pencuci mulut).
4. Menyesuaikan konsumsi dengan tingkatan umur
Jumlah
zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda-beda bergantung pada umur, jenis
kegiatan, dan kondisi tubuh (dalam keadaan sakit atau sehat). Pada
anak-anak dan remaja yang sedang giat-giatnya tumbuh, kelima unsur dalam
makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta air)
sangat diperlukan, sehingga tidak perlu dibatasi. Sebaliknya, pada orang
dewasa dan lanjut usia, pembatasan itu mutlak perlu. Karbohidrat dan
lemak sebagai penghasil energi harus dikurangi jumlahnya, mengingat
kegiatan fisik mereka sudah menurun. Cara mengurangi karbohidrat dan
lemak ialah dengan mengurangi porsi nasi dan goreng-gorengan.
Sebaliknya, vitamin dan mineral serta air justru harus dimakan dengan
cukup. Zat-zat ini sangat perlu untuk memperlancar metabolisme dalam
tubuh, dan meningkatkan daya tahannya. Hanya perlu diingat bahwa yang
paling baik ialah memakai vitamin alamiah, seperti yang terkandung dalam
buah dan sayuran segar. Sedangkan air yang diminum harus yang steril,
aman dari kuman, seperti air mineral yang benar memenuhi syarat sebagai
air mineral. Boleh juga air biasa yang selalu sudah direbus lebih dulu.
Lebih kurang 60% dari bobot badan kita berupa air atau cairan. Itu
berarti kita harus minum air lebih banyak daripada unsur makanan yang
lain. Orang yang sedang sakit dan terpaksa minum obat, malah harus minum
air lebih banyak lagi. Penderita “penyakit” sulit buang air, bisa
tertolong dari penderitaannya dengan setiap hari minum 2 – 3 gelas air
putih sebelum pergi ke belakang.
Konsumsi
protein pada orang dewasa dan lansia juga perlu dikurangi, meskipun
tidak sebanyak pengurangan karbohidrat dan lemak. Cara mengurangi
protein ini ialah dengan mengganti menu makanan sumber protein hewani
dengan makanan sumber protein nabati, yang kadar proteinnya kurang atau
hanya sedikit. Misalnya, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
5. Berolahraga secara teratur sesuai kemampuan
Berolahraga
bertujuan memperlancar peredaran darah, dan mempercepat penyebaran
impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya, sehingga tubuh
senantiasa bugar. Banyak orang berpendapat, tanpa olahraga pun kita
sebenarnya juga sudah bergerak badan mirip olahraga, kalau melakukan
pekerjaan fisik sehari-hari seperti menyapu lantai, membersihkan rumah,
mencuci, dan menjemur pakaian. Tetapi apakah “olahraga” semacam ini
dapat kita lakukan secara teratur dan berkesinambungan? Itu masalah
tersendiri! Diperlukan kemauan yang kuat, berdasarkan keyakinan bahwa
olahraga itu mutlak perlu agar badan tetap bugar, karena peredaran darah
diperlancar tadi. Pada gilirannya ini dapat meningkatkan kekebalan
tubuh. Para penderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, infeksi
paru-paru, dan kencing manis, hendaknya berkonsultasi ke dokter dulu
untuk mengetahui jenis olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga yang
intensitasnya rendah dan dilakukan tidak terlalu lama.
Orang
normal yang tidak mengidap penyakit, sangat baik memilih olahraga yang
kapasitas aerobiknya tinggi seperti renang, aerobik yang high impact, naik sepeda stasioner, dan joging.
6. Selalu menjaga kebersihan
Lingkungan
bersih di rumah, halaman, dan kompleks hunian memberi suasana segar dan
nyaman. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kelompok
rumah yang mempunyai halaman dan lingkungan tertata baik, hijau, dan
asri, mempunyai persentase kesehatan penghuninya jauh lebih baik
daripada kelompok rumah miskin tanaman.
Lingkungan
bersih membuat tubuh kita juga bersih, baik jasmani maupun rohani.
Kondisi ini mampu mencegah penyakit jasmani seperti infeksi kulit,
alergi debu, flu, bronkitis, dan “penyakit” rohani seperti stres,
frustrasi dan depresi, biang kerok menurunnya sistem kekebalan tubuh.
7. Meluangkan waktu untuk bersantai
Meluangkan
waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada bekerja
produktif sampai melebihi kepatutan. Tidak! Meluangkan waktu untuk
istirahat itu sebentar saja, dan ini perlu, untuk setel kendo sejenak
di antara ketegangan jam sibuk bekerja sehari-hari. Ini perlu dilakukan
secara rutin. Bersantai juga tidak berarti harus melakukan rekreasi
yang melelahkan, tetapi cukup berkumpul membicarakan masalah keseharian
dengan rekan sekantor, tetangga atau keluarga di rumah. Bukan tidak
mungkin, mereka dapat membantu memecahkan masalah, atau setidak-tidaknya
meringankan beban pikiran. Bersantai seorang diri dengan merenung dan
mawas diri juga perlu. Makin sering dan rutin ini dilakukan, makin bagus
keseimbangan jiwa kita. Tidur nyaman juga bentuk bersantai seorang
diri. Stamina akan pulih dengan cepat, dan keseimbangan hormon dalam
tubuh juga cepat tercapai.
Tubuh
letih dan pikiran kusut kalau dibiarkan berkepanjangan (sampai dibawa
ke kamar tidur), akan menurunkan daya kerja sistem kekebalan tubuh. Pada
gilirannya memudahkan serangan penyakit.
8. Back to nature
Trend pada
awal dekade 1990-an di negeri Barat ini dilandasi pengalaman bahwa gaya
hidup pada zaman modern mendorong orang mengubah kebiasaan makan,
seperti misalnya lebih sering menyantap makanan kalengan, sambal
botolan, atau buah awetan. Juga jarang bergerak badan karena kemudahan
memakai alat bantu rumah tangga, seperti mencuci pakaian dengan mesin
cuci, menyapu lantai dengan penyedot debu, bepergian dengan kendaraan,
padahal cuma dekat dan lebih sehat dilakukan dengan jalan kaki. Tubuh
kita jadi manja, karena jarang bergerak, sehingga mudah sakit karena
lembek. Sebaliknya, seorang pendekar silat, walaupun hidup di tengah
zaman modern, selalu sehat tubuhnya karena masih sering berjalan kaki,
latihan rutin dengan menggerakkan badan, dan tidak memakai alat bantu
hasil teknologi modern yang membuat orang jadi lembek.
Untuk
kembali dekat dengan alam, kita bukannya harus ikut menjadi pendekar
silat, tetapi setidak-tidaknya menghindari bahan makanan kalengan, dan
malah memperbanyak makan sayuran dan buah yang segar.
9. Mengolah pernapasan
Mengolah
pernapasan berarti mengatur cara dan frekuensi bernapas agar lebih
efisien. Dengan menghirup udara (oksigen) perlahan-lahan dalam hitungan
15 kemudian melepaskannya kembali pelan-pelan juga dalam hitungan 15,
kita bisa menahan oksigen dalam badan lebih lama daripada biasanya.
Oksigen akan dipakai oleh organ tubuh secara efektif, walaupun jumlahnya
cuma sedikit. Selama ini kita bernapas dengan frekuensi yang tidak
teratur. Kadang lambat, kadang cepat. Oksigen yang diirup juga cepat
keluar lagi. Belum sampai dimanfaatkan dengan baik, sudah keburu keluar.
Dalam satu menit kita benapas lima kali atau lebih.
Tetapi,
dengan latihan teratur frekuensi bernapas itu bisa kurang dari lima
kali dalam semenit. Setiap kalinya selalu dalam, dan berdaya guna.
Akibatnya, oksigen yang dihirup cukup sedikit saja, tetapi sudah
efektif. Organ tubuh akan menyesuaikan diri dengan ketersediaan oksigen
yang sedikit ini, dan itu justru menguntungkan tubuh. Sebab, dengan
oksigen sedikit, tetapi toh sudah efektif itu, tubuh tidak kebanjiran
hasil pernapasan berupa CO2 banyak-banyak, yang tidak baik bagi kesehatan.
10. Menggemari bacaan kesehatan
Ungkapan
“Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” sangat pas untuk
menyindir orang yang ingin tubuhnya sehat, tetapi tidak mau bersusah
payah mendekati bacaan tentang kesehatan. Kalau dekat, kita akan tahu
seluk-beluk kesehatan itu lebih baik, dan kemudian dapat memakainya
untuk menyusun siasat menghindari gangguan penyakit. (Nur Khalis)
sumber
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung ,, Jangan Lupa Berikan Komentarnya Untuk Artikel Ini